Antologi Fiksi; Suker — Donatus A. Nugroho, Dkk.
Antologi
ini saya dapatkan secara cuma-cuma dari admin @bukukalian dan Ayah mayakO aikO
dalam acara ‘Mejeng Bareng’ di twitter bulan lalu. Tahun ini adalah tahun
keemasan saya sebagai kolektor buku, sebab saya sering dapat kiriman buku,
tanpa membeli alias gratis hehe. Kapan-kapan saya bikin Tips Mengoleksi Buku
Tanpa Membeli, deh.
Saya merasa
harus banget me-review-nya karena
yang pertama, sudah dibaca. Kedua, dapetnya gratis (sekalian pamer). Ketiga,
kumcer ini emang keren banget. Kalau kamu adalah peserta Mejeng Bareng dan
belum sempat membaca buku ini, saya sarankan segera sobek plastik pembungkusnya
dan bacalah....
Tapi kalau
kalian gak punya, saya sarankan untuk segera follow twitter @bukukalian, sebab
si admin sering bagi-bagi buku gratis. Ini bukan promosi, tapi berbagi. Sesama
pecinta buku, saya faham bagaimana senangnya dapat bahan bacaan gratis.
Kala
pertama melihat cover buku ini, saya langsung mendiagnosa ini buku misteri.
Sebab covernya tampak kalsik kkecoklatan gimana gitu. ‘Pas banget’ pikir saya, ini malam jumat, pasti seru baca cerita
hantu-hantu.
Satu yang
mengganjal di benak saya, yang memaksa saya untuk segera membaca judulnya;
SUKER. Kata yang asing untuk saya pribadi.
Saya sampai cek KBBI, tapi nihil. Apa sebenarnya Suker, itu? silakan
temukan jawabannya langsung.
Di buka
dengan cerpen karya Donatus A. Nugroho dengan judul Saksi Mata. Ini cerpen
favorit saya, memang pas banget di letakkan pada awal. Bercerita tentang Nice
Bus yang konon mode transportasi termodern, terkeren, ternyaman dan ter-ter
lainnya yang pernah ada di kota itu. Pastinya bus semewah Nice dilengkapi
dengan fasilitas yang tidak ada tandingannya, tak terkecuali fasilitas
penunjang ketika mengalami kecelakaan atau di bajak.
Namun
untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Sepandai pandainya tupai
melompat pastinya akan kesleo juga. Yap, si Bus Nice ini di bajak sekelompok
perampok. Meski di dekat kemudi supir terdapat tombol rahasia yang otomatis
terhubung pada pihak kepolisian, tapi polisi datang terlambat.
Lantas
bagaimana nasib penumpang Bus Nice yang digadang-gadang tercanggih itu? Apa
hubungannya dengan judulnya Saksi Mata?
Cerpen ini
mengingatkan saya pada ketamakan kapal Titanic yang juga kapal termewah di
jamannya.
Selanjutnya
ada cerpen berjudul Seberang Jalan Depan Rumah Ning karya Divin Nahb. Tentang
tokoh aku yang berusaha menyelamatkan korban kecelakaan di jalan depan rumah
Ning, namun setengah mati di larang oleh pemilik rumah. Anehnya, tidak ada satu
orangpun yang sudi menolong korban kecelakan yang terkapar itu. Apa sebenarnya
yang terjadi? Kenapa tidak ada sama-sekali orang yang memiliki jiwa empati?
Saya sampai
mengulang membaca untuk memahami makna dari cerita yang disughkan penulis.
Sebenarnya ini gambaran manusia jaman sekarang banget. Si oknum baik hati yang
memiliki niatan tulus menolong. Tapi fakta dapat diputar balikkan sedemikan
rupa, hingga yang bersalah menjaddi korban, dan penolong menjadi yang bersalah.
Dunia memang sudah gila!
Selanjutnya,
ada cerpen berjudul Malam Ini Ada yang Mati Disantet karya Erry Sofid. Ini
adalah cerpen dengan konflik terbaik yang ada. Ceritanya sederhana, mengenai
kehidupan sehari-hari. Tapi endingnya ‘W-O-W’ saya suka sekali. Istilah buaya
dikadalin sangat pas menggambarkan benang merah ceritanya. Penasaran gak? Baca
sendiri deh.
Saya rasa
penulis dalam kumcer ini sudah sangat expert di dunia tulis-menulis, dengan jam
terbang yang tinggi. Gaya bercerita masing-masing sangat khas dan kece. Cerpen
yang lain saya spoiler saja ya, biar penasaran haha.
Ada daftar cerpennya
Buku ini
berisi delapan buah cerpen dari delapan penulis, salah satunya adalah Ayah
mayakO aikO sendiri, owner penerbit Universal Nikko. Dengan gaya penulisan
nyastra tapi ngepop, gaya favorit saya. Sangat pas menjadi bacaan ringan untuk
dilahap sekali duduk. Tiap cerpen dengan gaya khas penulis masing-masing, satu
yang terasa sama; snapshot ending yang nonjok dan bikin gemas. Saya suka cerpen
model gini, nih.
Saya
memberikan rating 4/5 untuk kumcer yang keren ini.
*Done read
17 of 60 books in 2016
Tanggamus
11 Juni 2016
Pas pertama liat covernya, saya kira buku horror. Pecah banget reviewnya membuat si pembaca jadi penasaran. Apalagi cerpen yang judulnya Seberang Jalan Depan Rumah Ning, jadi tertarik untuk baca.
BalasHapusTarget baca 60 buku? keren banget sampai ditarget. Saya yang punya banyak waktu luang kalah oleh dirimu hehe. Semoga bias tercapai ya..
Iya mas syams saya rekomendasika bagettt. Ini buku bagus, aaamiiin hehehe ini ditarget biar jadi kebiasaan. Semoga
HapusHari gini masih ada yang gratisan. Iya, covernya kayak buku horor. Coklat-coklat serem.
BalasHapusBanyak mas haris yang suka bagi bagi buku gratis. Lumayan daripada beli
HapusIni buku gaya tulisannya berat ya? Kelihatannya dih gitu.. Good review :)
BalasHapusEnggak juga mas son, kecuali nulisnya sambil angkat galon, lumayan sih berat :D
HapusJadi penasaran sama bukunya. :)
BalasHapusSeru kayanya baca genre cerpen kaya gitu.
Iya mas agung, seru coba deh baca
Hapus