[Done Read 17 Books] Antologi Fiksi; Suker


Antologi Fiksi; Suker — Donatus A. Nugroho, Dkk.


Antologi ini saya dapatkan secara cuma-cuma dari admin @bukukalian dan Ayah mayakO aikO dalam acara ‘Mejeng Bareng’ di twitter bulan lalu. Tahun ini adalah tahun keemasan saya sebagai kolektor buku, sebab saya sering dapat kiriman buku, tanpa membeli alias gratis hehe. Kapan-kapan saya bikin Tips Mengoleksi Buku Tanpa Membeli, deh.


Saya merasa harus banget me-review-nya karena yang pertama, sudah dibaca. Kedua, dapetnya gratis (sekalian pamer). Ketiga, kumcer ini emang keren banget. Kalau kamu adalah peserta Mejeng Bareng dan belum sempat membaca buku ini, saya sarankan segera sobek plastik pembungkusnya dan bacalah....

Tapi kalau kalian gak punya, saya sarankan untuk segera follow twitter @bukukalian, sebab si admin sering bagi-bagi buku gratis. Ini bukan promosi, tapi berbagi. Sesama pecinta buku, saya faham bagaimana senangnya dapat bahan bacaan gratis.

Kala pertama melihat cover buku ini, saya langsung mendiagnosa ini buku misteri. Sebab covernya tampak kalsik kkecoklatan gimana gitu. ‘Pas banget’ pikir saya, ini malam jumat, pasti seru baca cerita hantu-hantu.

Satu yang mengganjal di benak saya, yang memaksa saya untuk segera membaca judulnya; SUKER. Kata yang asing untuk saya pribadi.  Saya sampai cek KBBI, tapi nihil. Apa sebenarnya Suker, itu? silakan temukan jawabannya langsung.

Di buka dengan cerpen karya Donatus A. Nugroho dengan judul Saksi Mata. Ini cerpen favorit saya, memang pas banget di letakkan pada awal. Bercerita tentang Nice Bus yang konon mode transportasi termodern, terkeren, ternyaman dan ter-ter lainnya yang pernah ada di kota itu. Pastinya bus semewah Nice dilengkapi dengan fasilitas yang tidak ada tandingannya, tak terkecuali fasilitas penunjang ketika mengalami kecelakaan atau di bajak.

Namun untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Sepandai pandainya tupai melompat pastinya akan kesleo juga. Yap, si Bus Nice ini di bajak sekelompok perampok. Meski di dekat kemudi supir terdapat tombol rahasia yang otomatis terhubung pada pihak kepolisian, tapi polisi datang terlambat.

Lantas bagaimana nasib penumpang Bus Nice yang digadang-gadang tercanggih itu? Apa hubungannya dengan judulnya Saksi Mata?

Cerpen ini mengingatkan saya pada ketamakan kapal Titanic yang juga kapal termewah di jamannya.
Selanjutnya ada cerpen berjudul Seberang Jalan Depan Rumah Ning karya Divin Nahb. Tentang tokoh aku yang berusaha menyelamatkan korban kecelakaan di jalan depan rumah Ning, namun setengah mati di larang oleh pemilik rumah. Anehnya, tidak ada satu orangpun yang sudi menolong korban kecelakan yang terkapar itu. Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa tidak ada sama-sekali orang yang memiliki jiwa empati?

Saya sampai mengulang membaca untuk memahami makna dari cerita yang disughkan penulis. Sebenarnya ini gambaran manusia jaman sekarang banget. Si oknum baik hati yang memiliki niatan tulus menolong. Tapi fakta dapat diputar balikkan sedemikan rupa, hingga yang bersalah menjaddi korban, dan penolong menjadi yang bersalah. Dunia memang sudah gila!

Selanjutnya, ada cerpen berjudul Malam Ini Ada yang Mati Disantet karya Erry Sofid. Ini adalah cerpen dengan konflik terbaik yang ada. Ceritanya sederhana, mengenai kehidupan sehari-hari. Tapi endingnya ‘W-O-W’ saya suka sekali. Istilah buaya dikadalin sangat pas menggambarkan benang merah ceritanya. Penasaran gak? Baca sendiri deh.

Saya rasa penulis dalam kumcer ini sudah sangat expert di dunia tulis-menulis, dengan jam terbang yang tinggi. Gaya bercerita masing-masing sangat khas dan kece. Cerpen yang lain saya spoiler saja ya, biar penasaran haha.

Ada daftar cerpennya

Buku ini berisi delapan buah cerpen dari delapan penulis, salah satunya adalah Ayah mayakO aikO sendiri, owner penerbit Universal Nikko. Dengan gaya penulisan nyastra tapi ngepop, gaya favorit saya. Sangat pas menjadi bacaan ringan untuk dilahap sekali duduk. Tiap cerpen dengan gaya khas penulis masing-masing, satu yang terasa sama; snapshot ending yang nonjok dan bikin gemas. Saya suka cerpen model gini, nih.

Saya memberikan rating 4/5 untuk kumcer yang keren ini.

*Done read 17 of 60 books in 2016



Tanggamus 11 Juni 2016 

8 komentar

  1. Pas pertama liat covernya, saya kira buku horror. Pecah banget reviewnya membuat si pembaca jadi penasaran. Apalagi cerpen yang judulnya Seberang Jalan Depan Rumah Ning, jadi tertarik untuk baca.

    Target baca 60 buku? keren banget sampai ditarget. Saya yang punya banyak waktu luang kalah oleh dirimu hehe. Semoga bias tercapai ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas syams saya rekomendasika bagettt. Ini buku bagus, aaamiiin hehehe ini ditarget biar jadi kebiasaan. Semoga

      Hapus
  2. Hari gini masih ada yang gratisan. Iya, covernya kayak buku horor. Coklat-coklat serem.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak mas haris yang suka bagi bagi buku gratis. Lumayan daripada beli

      Hapus
  3. Ini buku gaya tulisannya berat ya? Kelihatannya dih gitu.. Good review :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enggak juga mas son, kecuali nulisnya sambil angkat galon, lumayan sih berat :D

      Hapus
  4. Jadi penasaran sama bukunya. :)
    Seru kayanya baca genre cerpen kaya gitu.

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkunjung. Silakan Berkomentar agar saya dapat mengunjungi balik blog kamu. Mohon maaf jika mendapati komentar dimoderasi, mengingat maraknya spam yang nganu.