[Done Read Books] Alias; Harga Untuk Sebuah Nama

Alias; Harga Untuk Sebuah Nama — Ruwi Meita


“Pernahkah pelangi menangis karena hujan dan langit tak mau lagi mewarnainya? Jika sempat, tolong katakan pada hujan, untuk menitik satu kali pada tiga puluh tahun kesunyian di ujung pelangi yang tak terbatas. Mungkin saja asa yang tersesat menemukan jalan pulang dan darah tak harus tercurah pada telapak tangan yang beku.”


“Sobatku yang tak lagi setia, dengan menyesal aku mengumpulkan semua dendam di dalam darahku. Warnanya lebih merah dari darah. Keras melebihi karang. Pada penghujung ajalku, aku melihat dendam lebih indah dari penantian yang sia-sia. Aku ingin kamu melihatnya bersamaku,” (hal—145).

Seorang kakek mati bunuh diri di sebuah panti jompo dengan cara menggantungkan dirinya pada utasan selimut. Yang membuat bunuh diri si kakek tak wajar adalah saat jenazah disemayamkan, terdengar suara semacam jam weker dari dalam tubuh si kakek. Secara medis tidak masuk akal, sebab tidak ada bukti kekerasan fisik bahwa jam itu dimasukan secara paksa kedalam tubuhnya. Seolah weker itu memang sudah ada di dalam tubuhnya.

Pada waktu lain, seorang wanita bernama Dewi Hanum menjadi korban penusukan di sebuah gang sepi dengan pisau berukir air mata yang menancap tepat di dada. Sayang berjuta sayang, hujan deras yang mengguyur kota semalam merusak bukti di TKP. Sehingga kematian Dewi Hanum menjadi sebuah misteri.

Adalah Jeruk Marsala, seorang penulis best seller yang sangat terkenal sebagai penulis bergenre romance. Meski begitu, dalam hati terdalam Jeruk menyimpan keinginan besar untuk menjadi seorang penulis cerita misteri. Misteri adalah jiwanya. Menulis cerita misteri dapat menghangatkan hatinya. Tidak seperti cerita romance, meski genre itu yang melambungkan namanya, tapi ia merasa seperti ada kekosongan di lubuk hati terdalamnya.

Atas pertimbangan branding romance yang sudah terlanjur melekat erat pada dirinya, memaksa Jeruk diam-diam menerbitkan novel misterinya dengan nama pena, Rinai. Ajaib, dalam waktu singkat kepopuleran novel misteri Rinai dapat melampaui penjualan novel romance Jeruk. Bahkan, produser Solar Media yang akan menfilmkan novel Jeruk membatalkan kontrak demi novel misteri Rinai.

Tapi siapa sangka, kedua kematian di atas terjadi persis seperti pada cerita misteri yang digambarkan Jeruk alias Rinai dalam novel misterinya. Apakah yang sebenarnya terjadi? Mungkinkan Jeruk Marsala, penulis ber-branding genre romance memiliki kemampuan untuk meramal masa depan?

Seiring dengan novel misteri Jeruk yang bertransformasi menjadi nyata, terror mulai mendatangi kehidupannya. Sosok tak kasat mata beraroma kayu manis, seperti bayangan yang terus mengikuti Jeruk. Bahkan sosok itu tak segan memunculkan wujudnya. Persis seperti foto dalam liontin milik Uti Greti—nenek Jeruk. Ada apa dengan liontin itu?

Tidak sampai di sana, bahkan orang-orang tersayang Jeruk mulai mendapat terror yang tidak wajar. Sosok itu bahkan tidak segan membunuh sahabat terbaik Jeruk. Lantas bagaimana Jeruk Marsala mengatasi kejadian-kejadian di luar nalar dalam hidupnya? Jeruk harus berpacu dengan waktu, sebelum korban yang berjatuhan lebih banyak lagi. Tapi, bagaimana jika sosok beraroma kayu manis itu sebenarnya mengincar Jeruk Marsala sendiri?

Entah sejak kapan saya suka baca novel misteri. Yang jelas, ini novel kedua Mbak Ruwi Meita yang saya baca setelah Misteri Patung Garam—yang konon akan saya review juga, tapi entah kapan. Saya selalu jatuh hati pada cerita misteri yang disuguhkan oleh Mbak Ruwi. Jalan cerita, tokoh, setting, selalu berciri khas banget. Cenderung kedaerahan. Mbak Ruwi juara banget dalam menyatukan potongan-potongan adegan dalam buku sehingga menjadi satu kesatuan cerita yang utuh. Memunculkan perasaan greget yang agak ngeselin. Saya sampai menahan napas demi menebak adegan-adegan menegangkan selanjutnya.


Pokoknya saya rekomendasikan banget novel ini setelah Misteri Patung Garam, untuk kalian yang suka novel mister. Pokoknya, setelah membaca novel Alias; Harga Untuk Sebuah Nama dan Novel Misteri Patung Garam, saya ingin membaca novel-novel Mbak Ruwi yang lain. Titik!


*Done read 18 of 60 books in 2016

15 komentar

  1. belom pernah baca novel misteri, baca tere liye aja kadang pusing haha.
    Bolehlah nanti kapan-kapan baca kalo ada teman yang punya.
    Dari reviewnya banyak pembunuhan-pembunuhan, ngeri juga baca sendiri di kamar malam hari. Greget tapi kok ya takut kebawa mimpi saking penasaran hiksss

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekali kali lah coba Rizky, enggak kok gak banyak adegan bunuh bunuhan. Malah ceritanya fokus ke jeruknya, buka ke pembunuhannya. Coba baca sendiro aja deh, seru kok novelnya

      Hapus
  2. Wah... desti berbakat sekali review novel novel misteri. Aku jadi semakin yakin, desti pasti suatu saat kan bisa menulis novel semisal.

    Betewe, targetmu bikin aku ngiri. Boleh niru gak proyek baca bukunya.. hehe.
    Tetap semngat Desti...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Latifah kak maakruf. hehe agak aneh aku dipanggil Desti. tapi yowes gak papa lah. aamiin kak aaamiiin
      boleh dong kak, aku juga niru kak Fiersa Besari, beliau oke banget!

      Hapus
  3. kalau novel misteeri sih gue belum pernah baca yang tulisan penulis lokal. pernahnya banya punya paula hawkins, yang judulnya the girl on the train..

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku suka novel misteri baik dalam maupun luar negeri. selama novelnya udah di beli atau adda yang minjemin jev. aku rekomendasiin kamu baca karya mbak ruwi. gak kalah kok sama karya luar negeri. suwer!

      Hapus
  4. Aku kok wedi to mbak. Sejak lahir sampai sekarang seingatku baca novel cuma pernah tiga saja. Itupun trilogi. Trilogi lima menara. Kapan-kapan lah coba baca novel yang berkualitas menurut umum.

    BalasHapus
    Balasan
    1. novel berkualitas menurut umum itu agak ambigu menurutku Rof, kadang yang laris manis belum tentu berkualitas. terus yang gak best seller juga malah kadang banyak juga yang keren. tergantung selera kita aja sih kayaknya ya

      Hapus
  5. ketika baca review dari novel tersebut dari kamu saja aku sudah merasakan bau-bau misterinya loh. bahkan diawal paragraf saja sudah menceritakan tentang kematian yang aneh, jadi sudah bisa tahu kalau ini memang novel misteri.

    jalan ceritanya unik juga ya. seorang penulis novel romance yang beralih ke genre misteri, namun kejadian yang ditulisnya benar-benar bisa menjadi kenyataan. kemudian jenis-jenis kematian tokohnya pun juga tergolong aneh. sepertinya yang suka dengan cerita misteri bakalan suka nih dengan novel tersebut yaa.

    pengen sih baca juga, cuman aku belum terlalu suka dengan genre novel misteri hehe, agak sedikit takut soalnya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Maz Mbak ruwi ini genrenya emang misteri setauku. doi emnag jago biki alur cerita unik yang antimainstream, penulis favoritku hehe. gak semengerikan itu sih sebenernya, kadang mindset kita aja yang melebay. aku juga dulu gitu, agak ngeri sama genre misteri. setelah dicoba eh malah ketagihan

      Hapus
  6. Kayaknya aku belum pernah baca novel misteri deh. Kalo novelnya Edgar Allan Poe itu termasuk misteri bukan yah? Kalo iya kemaren aku sempet baca dan berhenti di lembar ke 10an. Ngerasa kalo aku belum tertarik dengan genre misteri.

    Tapi keren reviewnya. Kesan kemisterian (?) dari novel yang direview terlihat banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah aku malah belum pernah denger penulis itu Ponco hehe. Aku selalu tertarik dengan genre apapun. suka aja gonta ganti genre bacaan. tergantong mood

      Hapus
  7. huwaaaa misteriiii. kenapaa tuh yaaa. penasaraan dgn kisah Jeruk a.k.a Rinai. Apa yg trjadi sebenarnya dgn si kakek dan perempuan itu?
    jadi pengen baca bukunya deh, makasih reviewnya udh bkin pnasaran y mbk. haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nenek Muthi hehe. Novel Mbak Ruwi emang pantes dipenasaranin. kece banget sih

      Hapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkunjung. Silakan Berkomentar agar saya dapat mengunjungi balik blog kamu. Mohon maaf jika mendapati komentar dimoderasi, mengingat maraknya spam yang nganu.