Jika kita berkunjung ke museum, khususnya museum yang menyimpan benda pusaka kemerdekaan RI atau menyimpan cerita sejarah yang berhubungan dengan proklamasi, pasti akan mendapati sosok Ibu Fatmawati di dalamnya. Entah itu dalam bentuk pigura foto, lukisan, diorama atau dalam bentuk patung. Salah satunya di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta.
Di sana, terpajang sebuah patung perunggu Ibu Fatmawati sedang menjahit sang saka merah putih dengan anggunnya. Atau di museum Makam Bung Karno, Blitar yang juga terdapat lukisan sang First Lady Negara NKRI bersisian dengan Presiden Soekarno.
Lukisan Presiden Soekarno dan Ibu Negara Fatmawati, di Museum Makam Bung Karno Blitar |
Itu hanya segelintir contoh eksistensi ibu Fatmawati yang turut berkecimpung dalam peristiwa-peristiwa kemerdekaan Bangsa Indonesia. Tentu masih banyak museum di luar sana yang mengabadikan perjuangan beliau.
Ah, siapa pula yang tidak mengenal sosok Pahlawan Bengkulu ini. Melalui tangan lembut beliau, selembar bendera pusaka tercipta. Melalui tangan beliau pula, wujud simbolis berakhirnya masa penjajahan negara kita dijahit untuk dikibarkan dengan gagah pertama kalinya di langit Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945.
Ibu Fatmawati merupakan Ibu Negara Indonesia pertama, mendampingi Presiden Soekarno dari tahun 1945 hingga 1967. Beliau amat dikenal akan perannya dalam menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih. Lahir di Bengkulu, pada tanggal 05 Februari 1923. Dan tutup usia di Kuala Lumpur, Malaysia pada tanggal 14 mei 1980. Saat berusia 57 tahun, akibat serangan jantung saat perjalanan pulang umroh. Dan jenazah ibu Fatmawati disemayamkan di Karet Bivak, Jakarta.
Patung Ibu Fatmawati Di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta |
Tahukah kalian,
Kapan persisnya ibu Fatmawati menjahit bendera pusaka?
Berdasarkan buku Catatan Kecil Bersama Bung Karno (Fatmawati, 1978) tertulis bahwa:
“Ketika akan melangkahkan kakiku keluar dari pintu terdengarlah teriakan bahwa bendera belum ada, kemudian aku berbalik mengambil bendera yang aku buat tatkala Guntur masih dalam kandungan, satu setengah tahun yang lalu. Bendera itu aku berikan pada salah seorang yang hadir di tempat di depan kamar tidurku.”
Berdasarkan catatan tersebut, kita dapat mengetahui bahwa sebelum Indonesia merdeka ibu Fatmawati telah berpikir lebih dahulu untuk menyiapkan bendera negara. Tepatnya satu setengah tahun sebelum Indonesia merdeka, ibu Fatmawati telah memikirkan hal sekecil bendera. Sebagai simbol sebuah negara.
Hal yang mungkin luput dari pemikiran pejuang-pejuang kemerdekaan lain. Beliau memang tidak turut bergerilya seperti sosok pahlawan seharusnya yang ada dalam pikiran kita. Tapi melalui pemikirannnya ibu Fatmawati berjuang untuk bangsa. Betapa jiwa dan semangat kepahlawanannya untuk Bangsa Indonesia amat dalam.
Hal yang mungkin luput dari pemikiran pejuang-pejuang kemerdekaan lain. Beliau memang tidak turut bergerilya seperti sosok pahlawan seharusnya yang ada dalam pikiran kita. Tapi melalui pemikirannnya ibu Fatmawati berjuang untuk bangsa. Betapa jiwa dan semangat kepahlawanannya untuk Bangsa Indonesia amat dalam.
Keterangan pada patung ibu Fatmawati |
Perjuangan sang Firs Lady, tidak cukup hanya mempersiapkan bendera saja. Saat ibukota Yogyakarta diserang oleh tentara Belanda pada tanggal 19 Desember 1948. Kala itu ibukota negara indonesia telah dipindahkan dari Jakarta ke Yogyakarta akibat gejolak reformasi. Sementara Presiden dan Wakil Presiden ditawan dan diterbangkan ke Bangka, Ibu Fatmawati sekeluarga memang tetap tinggal di Gedung Kepresidenan Yogyakarta. Namun sebagai tawanan.
Kemudian ibu Fatmawati dan keluarga diusir dan pindah ke rumah di Batanawarsa. Meski telah pindah ibu Fatmawati dan keluarga tetap diawasi oleh tentara Belanda. Namun itu tidak lantas membuat semangat berjuangnya goyah akibat rasa takut. Beliau tetap membantu para pejuang gerilya. Meski secara sembunyi-sembunyi. Menyerahkan beberapa butir pelor yang ia temukan di halaman rumah, mengirim perbekalan hingga pakaian untuk para pejuang.
Tidak cukup pada para gerilyawan, sang Ibu Negara sejati ini juga memikirkan nasib para istri dan keluarga yang ditinggal bergerilya dengan sesekali membagikan makanan. Betapa perjuangan sang Ibu Negara kita tidak pernah surut, sekalipun proklamasi telah dikumandangkan.
Tidak cukup pada para gerilyawan, sang Ibu Negara sejati ini juga memikirkan nasib para istri dan keluarga yang ditinggal bergerilya dengan sesekali membagikan makanan. Betapa perjuangan sang Ibu Negara kita tidak pernah surut, sekalipun proklamasi telah dikumandangkan.
Cerita sejarah mengenai ibu Fatmawati, mengingatkan saya pada sosok ibu di rumah. Ibu sejati yang tanpa pamrih mengurusi dan memikirkan nasib anak-anaknya. Peran seorang ibu mungkin tampak sepele. Berkutat dengan pekerjaan rumah, yang tampaknya hanya itu-itu saja. Tapi sesungguhnya peran beliau amat krusial.
Ibu mungkin memang tidak mencari nafkan di luar. Atau membetulkan genting rumah yang bocor. Tapi ibu tidak pernah lelah menghidangkan makanan dan memastikan anak-anaknya tidak kekurangan gizi. Khawatir dan rela begadang semalaman ketika si anak demam. Bahkan ia mampu mengingat hal sekecil dan seremeh “kunci kos-kosan jangan sampai tertinggal” yang seringnya luput dari ingatan kita.
Seperti itulah sejatinya seorang ibu diciptakan Tuhan. Baik untuk lingkup kecil rumah tangga keluarga, maupun lingkup sebesar rumah tangga sebuah negara.
Ibu memang tidak ditakdirkan banting-tulang bekerja di luar untuk memenuhi uang sekolahmu, atau membetulkan sepedamu ketika rusak. Tapi melalui kasih sayang dan tangan lembutnya, ia pasti akan mendekapmu erat kala takut, memastikan perutmu kenyang selalu dan mengingatkan hal remeh-temeh yang sering luput dari ingatanmu.
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog "Bengkulu Heritage Society"
#FatmawatiPerajutNegeri #PahlawanBengkulu
Salam sayang dari calon menantu idaman,
*Sumber gambar diambil dari dokumen pribadi penulis
*Sumber informasi dikumpulkan dari
https://www.facebook.com/notes/sekilas-info-menarik/
https://id.wikipedia.org/wiki/Fatmawati
http://www.infobiografi.com/
*Sumber informasi dikumpulkan dari
https://www.facebook.com/notes/sekilas-info-menarik/
https://id.wikipedia.org/wiki/Fatmawati
http://www.infobiografi.com/
halo latifah, salam kenal.
BalasHapuspenulisan blognya paik banget yaah, aku sukaa. love your blog at first sight <3
baca tulisan ini jadi bikin kangen mama di rumah :')
hai mbak Lidya salam kenal kembali.
Hapusterimakasih sudah menyukai tulisanku.
dan semoga bisa segera temu kangen dengan mama di rumah :)
Ini nih, yang bikin suka, kalau lagi maen ke museum. Selain berlibur, bisa sembari belajar dan tahu. Bikin kangen ibu, tadi udah telfon dan tetap masih pengen ketemu.
BalasHapusSemoga benda peninggalan di museum seperti ini tetap terjaga dan terus ilestarikan, agar orang2 tahu..
Iya Andi amin, amin. Semoga tidak ada tangan tangan jahil yang meresehi.
Hapusdan semoga lekas berjumpa dengan ibu. iya calon ibu dari anak-anakmu kelak. asikk!
Asik :D
HapusEh, Teh kemarin aku baru ke Di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta lho, dan lihat langsung foto yang diatas itu..
Gak niat sih, cuma sembari jalan2 pagi di kawasan malioboro - 0 km jogja, terus masuk museum, sekalian anter tamu. Jadi tour guide dadakan gitu..wkwk
Hm... memang seorang Ibu punya perannya sendiri. Ketika ayah bertugas banting tulang menghadapi dunia mencari sesuap nasi, Ibu menjaga rumah dari segala terjangan dan tantangan yang ada agar rumah tetaplah rumah yang nyaman :)
BalasHapusiya benar sekali Rifqy. Tanpa ibu rumah jadi kurang nyaman. dan berasa hampa
Hapusmembahas sejarah ini bikin kepo lagi, soal pelaran ips waktu SD.
BalasHapusdan itu memang patut dikepoi. seperti kata bungkarno jasmerah
Hapusmengingatkanku dengan pelajaran ips, dibalik lelaki hebat pasti ada wanita yang hebat pula yang menyokongnya di belakang, bahkan ibu fatma yang menjahit bendera indonesia bukan menyokong di belakang, tapi ikut bersama, eriringan bersama bung karno. suatu hal yang sangat luar biasa, pasangan yang nasionalis
BalasHapusWah iya Naufal benar sekali. Ibu fatmawati gak cuma wanita penyokong yang hebat, tapi turut mendampingin dan memberi andil.
Hapuskamu juga harus cari wanita yang seperti itu ya haha
Jangan pernah durhaka sama ibu, ibu itu sungguh besar jasanya bagi kita, apalagi ibu fatmawati ini, artikel yang menarik.. Mantap jiwa hehe
BalasHapusIya benar bang Yudi. Surga di telapak kaki ibu. salam, mantab jiwa :D
HapusCerita tentang para pahlawan Indonesia yang berjuang demi kemerdekan bangsa kita ini semuanya memang menarik, salah satu indolaku adalah keluarga presiden pertama kita. tapi yang gw masih kepikiran sampai saat ini gw masih belum pernah liat bendara pusaka yang pertama dengan langsung :(
BalasHapuskalau gak salah bendera pertama itu di pajang di museum bawah tanahnya monas deh (duh lupa apa nama museumnya), aku terakhir ke sana waktu study tour smp sih hehe. walaupun tiap ke jakarta pasti ke monas, tapi biasanya teman-teman pada gak mau diajakin masuk museum
HapusDi blitar banyak banget barang bersejarah yang pernah di gunakan beliau.
BalasHapusKebetulan aku juga tinggal di blitar. Sekarang tempatnya udah mengalami banyak kemajuan
wah kamu orang Blitar Fer, Serius?
Hapusaku suka suasana alun-alun Blitar omong-omong, tapi kalo malem jalan lintas ke Kedirinya sepi dan mengerikan hehe
Aku baru tau kalo Ibu fatmawati udah nyiapin bendera jauh-jauh hari sebelum kemerdekaan. Hal kecil tapi sangat penting sekali dipikirkan oleh Ibu.
BalasHapusTadi pas baru baca awalannya tentang ibu Fatmawati yang jahit bendera tetiba keinget ibu dirumah, eh ternyata bawahnya juga sedikit ngejelasin ibu.
Jadi kangen ibu dirumah huhu