Netizen Lampung Gathering with MPR RI

netizen lampung gathering with mprri

Pernah gak denger kalimat ini:

“Watak dan kepribadian seseorang bisa dinilai dari apa yang ia share di media sosialnya.” 

Dan saya pribadi mengamini kalimat itu. Orang yang sering share berita-berita berjudul bombastis seperti WOW! BAPAK INI PURA-PURA KAYA LIHAT APA YANG TERJADI atau VIRAL! DUA PASANGAN INI MESUM DI ALUN-ALUN KOTA hingga JANGAN SYOK! 10 ARTIS INI PAKAI PESUGIHAN yang isinya gak nyambung sama judul, ini bisa dipastikan tipe orang males baca.

Kemudian, orang yang sering share quote-quote galau sembari mendoakan malam minggu agar hujan, ini bisa dipastikan orang berwatak jomblo baperan. Atau orang yang selalu share tempat-tempat yang keren dan nistagramable, ini bisa dinilai kids jaman now yang hitz dan kekinian.

Atau orang yang sering share postingan blog sendiri, yang gak menggairahkan orang lain untuk turut mengklik dan membacanya...

Oh! Oke, yang terakhir itu saya.

Jadi kalimat di atas ada korelasinya dengan apa yang disampaikan oleh Bapak Zulkifli Hasan (Ketua MPR RI) saat acara Gathering Netizen Lampung bareng MPR RI. Acara berlangsung minggu malam 19 november 2017 di Swiss Bell Hotel Lampung.
 
Berawal dari minggu pagi yang kelabu. Awan mendung dan rinai hujan kayaknya masih belum mau berpindah lokasi dari langit kota Bandarlampung. Padahal saya—yang buru-buru—OTW dari Tanggamus langitnya cerah cerah aja.

Bikin saya jadi galau. Udah jomblo, baperan, dibikin galau lagi sama si hujan. Pasalnya kalau si hujan masih gak mau reda sampai sore, saya terpaksa harus gocar atau grabcar nih ke tempat acara. Mana voucher udah habis lagi kan. *mental anak kos*

Sepertinya Tuhan sedang bersama para netizen Lampung, sebab jelang sore hari hujan mereda sepenuhnya. Saya langsung bernapas lega. Sebab saya tidak perlu sok kaya dengan memakai jasa transportasi online untuk diantar ke Swoss Bell Hotel. Cukup dengan ditemani si Mustofah (motor kesayangan). Dengan begitu rugi bensin bisa diminimalisir. *maap, ini mental anak kos banget*

Acara dimulai pukul 18.00 di lantai dua Swiss Bell Hotel di ruangan Krui. Omong-omong ini hotel cinta Lampung syekalee. Semua ruangan pakai nama-nama daerah Lampung gitu. Dan nuansanya juga Lampung banget. Ditambah mau bertemu dengan Ketua MPR RI yang juga putra asli daerah Lampung. Duh sempurna banget minggu sore saya.

Sampai di lokasi saya langsung registrasi bersama Bang Adi mahasiswa Malahayati—kalau gak salah sih itu namanya, sory bang saya lupa :D—yang saya temui di parkiran tadi. Seusai registrasi dan sebelum menunaikan sholat magrib, kami para netizen dipersilakan untuk berganti baju yang disediakan oleh panitia. Biar apa coba?

Ya biar couple-an. Cie cie!

tapis blogger
Kapan lagi kan bisa couple-an baju sama ketua MPR RI
Sebelum acara serius dimulai. Kami dipersilakan untuk makan malan terlebih dahulu. Honesly, ini kali pertama saya ikutan acara bersama teman-teman dari Tapis Blogger. Jadi ya wajar kalo saya tampak  kalem cenderung plonga-plongo sebab belum kenal sama siapapun secara personal. Pengennya sih bikin kericuhan dikit, tapi takut digelandang security. Jadi yaudahlah ya masuk ke ruangan ajah.

Tidak disangka-sangka ternyata dunia itu emang sesempit daun kelor. Di sana saya bertemu Pak Slamet, yang saya kenal saat kerja praktek dan penelitian skripsi di tempat beliau bekerja. Jadilah saya duduk di sana bersebelahan dengan Umi Neny dan Mba Fara.

netizen lampung dan mprri
Saya yang mana hayooo??
Acara berlangsung begitu santai. Tapi gak sampai kek tidur-tiduran di pantai juga sih. Sambil menunggu pak Zulkifli Hasan dan rombongan datang, bapak sekjen MPR RI Ma'ruf Cahyono memberi sambutan. Dan membacakan syair-syair puisi Manifesto tanpa teks.

sekjen mpr
Ew, si bapak hapal di luar kepala  dong. Kerennn!!!

Bait yang paling saya suka nih dari Manifesto.

Masihkah kita meletakkan harapan di atas kekecewaan
persatuan di atas perselisihan
Musyawarah di atas amarah
Kejujuran di atas kepentingan

Ataukah ke-Indonesia-an kita telah pudar dan hanya tinggal slogan dan gambar?

Satir banget Cuy.

Beberapa menit berselang, Pak Zulkifli datang. Suasana jadi tambah riuh lagi, semuanya pada berebutan berselfie. Pendamba feed instagram bersama ketua MPR RI udah gak bisa menahan diri.

Aku gak ikutan, soalnya terlalu sibuk mengamati ekspresi Bapak MPR RI. Eh, si Bapak lesung pipinya dalem banget lho. Haha salah fokus!

ketua mpr ri

Gatau pokoknya aku seneng aja mengamati publik figur lagi dikerubungi khalayak gitu. Liatin satu-satu ekspresi mereka yang berebut minta foto. Haha lucu.

Gak pernah ya? Coba deh sekali-kali.

Oh ya, back to the topic.

Pak Zulkifli Hasan memberi beberapa pesan untuk kids jaman now, yang kurang-lebih isinya begini. Dan beberapa di antaranya tanpa sengaja sayatuliskan di blog.

zulkifpi hasan

Seperti, yang pertama. Sebagai kids jaman now yang lahir dan besar di Lampung, harus mengenal dan mencintai budaya daerah sendiri. Dengan mengenal kita akan tahu dan paham, dengan mencintai kita akan bangga. Siapa lagi yang akan mencintai dan mengenalkan budaya daerah kalau bukan kita sendiri.

Saya pernah mengulas tentang budaya lampung yang ditampilkan di Museum Lampung saat mengantar teman dari Kalimantan di sini.

Kedua, kita harus paham sejarah bangsa. Ini kewajiban. Ingat kata Bung Karno JASMERAH (Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah). Sebab jika bukan karena pengorbanan jiwa dan raga, pertumpahan darah dan air mata dari para pendahulu kita. Mungkin kita masih kerja paksa sambil update sosmed sekarang. Mengenal sejarah sebagai bentuk rasa bersyukur. Sebab,
“Kemerdekaan bangsa kita diperoleh dari perjuangan. Buka semata-mata pemberian.”
Kalian bisa memulai dengan membaca tentang Fatmawati dan wisata sejarah Kabupaten Semarang di sini dan di sini.

Ke tiga, sebagai generasi muda kita harus punya arah dan tujuan hidup. Cekatan dan tidak loyo. Kita bisa memulai dengan membuat resolusi hidup, memulai dari sekarang, pelan-pelan saja. Dari hal terkecil yang bisa kita lakukan hari ini, saat ini dan detik ini.

Dan yang terakhir, memanfaatkan teknologi dengan sebaik-baiknya. Kita bisa membuat jaringan perrtemanan dengan siapapun melalu media sosial. Ketimbang nyinyirin orang kan, kenapa tidak kita manfaatkan untuk berproduktifitas?

Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat. Kebersamaan kami harus berakhir. Hari yang luarbiasa bersama orang orang yang luarbiasa.

Suka atau tidak. Setuju atau tidak. Saya bisa menyebut diri saya sebagai netizen. Sebab saya udah diundang mewakili Netizen-netizen Lampung bersama 59 orang lain di acara ini lho. Ehm! Ya walaupun saya lebih seneng disebut blogger sih ketimbang netter.

Sebab apa ya, kata netizen di mindset saya udah terlanjur melekat dengan makna mereka-mereka yang banyak oceh di media sosial sih. Tiang listrik dinyinyirin. Si mbak nganu lepas hijab dikomen-komenin. Si entah siapa bengek diviralin. Udah kayaknya selo aja gitu hidupnya.

Ya walaupun saya gak bisa pukul rata bahwa semua pengguna media sosial begitu sih. Masih banyak di luar sana yang menggunakan media sosial dengan bijaksana. Termasuk kamu kan?

Iya, kamu... kamu loh.
  
End of this post.
Kalau kata bang Yandigsa nih, perkembangan teknologi dan media sosial itu ibarat air bah. Kita gak bakal bisa menghentikan atau membendung. Yang realistis bisa kita lakukan adalah mempersiapkan perahu dan mengikuti arusnya. 
Tapi, bukan berarti kita tidak bisa memilih perahu apa yang akan kita naiki. Entah itu perahu karet, perahu kano, kapal pinishi, kapal nelayan. Pokoknya bebas.

Dan bebas itu bukan bermakna seenaknya. Ingat di luar kapal kita ada kapal lain yang juga sama-sama mengikuti arus. Kita juga harus hargai mereka. Serupa saat kita menggunakan media sosial. Berbijaksanalah dalam menggunakannya. Pikirlah dua kali sebelum berkomentar atau share sesuatu.

Apakah orang lain ingin membaca apa yang menurutmu menarik?

Apakah itu tidak menimbulkan konflik antar perbedaan baik ras, suku maupun agama?

Ataukah komentarmu tidak akan menyinggung atau bahkan menyakiti hati orang yang bersangkutan?

Apakah hal itu tidak mengganggu privasi orang lain atau bahkan terlalu menggumbar privasimu sendiri?

Ingat “Kamu adalah apa yang kamu cuitkan dan kamu share di media sosialmu.” Maka pikirkan sekali lagi sebelum mulai mengoceh di medsos.


Disclaimer:
Ditulis penuh cinta oleh Mantuidaman Blog
Sumber gambar oleh teman dan sahabat Tapis Blogger  
Beberapa gambar diambil dari official account IG @bangzainhs


Salam Sayang dari Calon Menantu Idaman







8 komentar

  1. Wah... Sukak sama paragraf di akhir... Bener banget fah, "bebas itu bukan berarti seenaknya"... Hehe.
    Semangat fah

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih Sayang udah berkunjung. SSemangat juga yah kamuuu :)

      Hapus
  2. Pasti bangsa ini akan menjadi besar kalau warganya bisa saling bahu membahu membangun untuk membangun, bukan sebaliknya. Salam 4 Pilar. Mari jaga bangsa ini bersama. Salam kenal :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal kembali Mas Arif Terimakasih sudah berkunjung :)

      Hapus
  3. Toleransi menjadi kemudi agar perahu yang kita tumpangi tak bertabrakan :)

    BalasHapus
  4. Sukak dengan note terakhir, cuitan seseorang, menunjukkan siapa dan seperti apa karakter seseorang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suka juga sudah dikunjungi mba Wahyuning :)
      Salam kenal mba

      Hapus

Terimakasih sudah berkunjung. Silakan Berkomentar agar saya dapat mengunjungi balik blog kamu. Mohon maaf jika mendapati komentar dimoderasi, mengingat maraknya spam yang nganu.