Merasakan Sensasi Pulang Ke Rumah Di El's Coffee



“IBUKKK!!! IBUUUKKK!!!” Teriak seorang gadis kecil yang rambutnya terikat ekor luak. Sebab saking sedikitnya itu rambut, dan tidak sebanyak ekor kuda jika ingin menggunakan istilah itu.

“TAKUT BUKKKK!!! TAKUT!!! TAKUT!!!” Teriak lagi si gadis kecil untuk kesekian kalinya. Suaranya timbul-tenggelam oleh suara petir dan hujan deras.

Dari arah pelataran rumah, seorang wanita bertubuh gempal dan berdaster. Kain kebesaran ibu-ibu, turut melantangkan suara. “DIAM DI SITU. JANGAN MENANGIS. ATAU BIJIH KOPI DARI KEBUN KITA HANYUT TERBAWA HUJAN.”

Si Ibuk membenarkan letak topi capingnya yang berbalut jas hujan poncho sebagai formalitas. Sebab saking derasnya hujan, tubuhnya tetap  basah kuyup. “Nanti kamu tidak bisa jajan, Nduk. Kalau kopi kita hanyut.” Si Ibu kini sedikit melunakkan suaranya.

Toh meski batinnya sebagai ibu nelangsa, melihat gadis kecilnya yang ketakutan akan suara gelegar petir, ia tetap harus memilih untuk menyelamatkan sumber mata pencaharian utama keluarga. Ketimbang mempedulikan anak gadisnya yang ketakutan dan terisak-isak di teras rumah.

***

Ok, baiklah saya memulai postingan ini dengan cuplikan cerpen. Dan jika kamu bertanya siapa gadis kecil nan cengeng itu. Makan akan dengan malu-malu meong saya akan menjawab itu saya.

Saya lahir dan besar di daerah Kabupaten Tanggamus, tepatnya di Kecamatan Pulaupanggung agak pedalaman bernama Desa Way Ilahan. Jadi wajar kalau kamu sempat mengerutkan kening kala mendengar nama daerah itu. Simplenya daerah saya dekat dengan Bendungan Batutegi.

Semoga yang ini kamu tahu.

Saat saya kecil, sekitar 20 tahun yang silam, penghasilan utama warga desa adalah kopi dan sedikit lada. Maka tidak heran kalau berbicara kopi, yang melekat di ingatan saya hingga saat ini adalah Ibuk yang lebih sayang dengan bijih kopi ketimbang saya, bapak yang amat sibuk mengurusi urusan petik kopi di kebun.

Pula bunga-bunga kopi yang bermekaran dengan warna putih bersih di antara lebatnya daun yang menghijau. tak lupa, dinginnya malam yang menusuk hingga sum-sum tulang.

Ini serius, malam terdingin di daerah pegunungan adalah malam ketika bunga kopi mekar.

Lalu akan disusul beberapa bulan kemudian, bahu membahu warga kampung untuk panen kopi. Maklum kami sekampung mayoritas petani semua. Jadi saat panen kalau tidak bahu-membahu tidak mungkin kopi berhasil terkumpul dan di bawa pulang ke rumah.

Warga kampung seperti keluarga saya tidaklah kaya. Mana mampu kami membayar jasa buruh petik sesuai UMR. Tapi kami memiliki sumber daya alam yang luarbiasa. Alam tidak akan pernah membiarkan kita menderita kalau untuk sekadar mencukupi kebutuhan hidup.

Ingat mencukupi. Bukan untuk memewahi hidup.

Lalu apa hubungannya dengan El’s Coffee?

Launching El's Coffee Lampung

Ya tentu saja ada hubungannya. Dari tangan para petani macam ibu, bapak dan warga kampung saya yang kalau hujan sibuk menyelamatkan bijih-bijih kopi yang sedang dikeringkan di pelataran rumah agar tidak terbawa air hujan, petualangan secangkir nikmatnya kopi yang siap kamu seduh di mulai.

El’s Coffee milik Pak Elkana Ary Riswan merupakan sebuah kedai kopi yang menyajikan kopi premium hasi dari kebun kopi dari berbagai tempat di Indonesia. Mulai dari Aceh hingga Papua. Yang seratus persen ditanam alami, dari perkebunan lokal, dan dipetik dengan penuh cinta.

Kita ambil contoh kopi luak. Kopi yang citarasa dan harganya sudah tidak diragukan lagi.

Kopi luak yang disajikan di El’s Coffee merupakan hasil dari luak liar yang masih tinggal di alam. Artinya luak mengambil sendiri dari pohonnya. Setahu saya hanya kopi-kopi terbaik dengan tingkat kematangan sempurna yang akan di makan oleh si luak.

Kalau bentuknya begitu, saya yakin 1000% itu kopi luak asli dan alami

Meskipun hanya luak, dia kalau makan kopi emang sukanya pilih-pilih.

Nah, dari sini saja kita sudah bisa menyimpulkan kalau kopi yang di makan si luak dari pohonnya saja sudah yang terbaik. Jadi hal yang wajar kalau setelah melalui proses cerna, dan terfermentasi di dalam pencernaan, si kopi akan menghasilkan cita rasa dan aroma yang nikmatnya maksimal.

Kopi luak original by El's Coffee
Di El’s Coffee sendiri, kopi luak dijual dengan harga Rp. 175 000 per 100 gram. Harga yang sangat pantas untuk produk masterpiece dalam dunia perkopian.

Selain itu, kita juga bisa dimanjakan oleh produk dari varian kopi lain yaitu robusta dan arabika. Kopi robusta dengan dasar citarasa pahit lalu diblend dengan kopi arabika yang memiliki cita rasa asam. maka terciptalah produk bernama El's Coffee Blend.

Produk lain besutan El's Coffee

Selain El's Coffee Blend, kita juga dapat menikmati varian kopi lain yang ada di El's Coffee yang tentu saja produk lokal unggulan. Seperti kopi lanang Peaberry, Flores, Lampung dan lain sebagainya untuk jenis robusta. Sementara jenis Arabika ada kopi Aceh Gayo, Toraja, Papua dan lain sebagainya.

Kita juga dapat mengoleh-olehi diri dari varian kopi yang kita inginkan.

Produk kopi kemasan dari El's Coffee
Atau menikmati langsung salah satu kopi yang tersedia di El's Coffee yang dibuat dengan mesin espreso modern ala El's Coffee.

Mesin Els Presso yang terpajang di El's Coffee

Varian menu lain di El's Coffee

Dan pada akhirnya.

Saya hanyalah gadis kecil yang menangis bombay di bawah atap teras rumah 20 tahun silam. Saya tetaplah anak petani kopi daerah yang dengan bangga mengatakan bahwa bapak saya petani kopi Lampung.

Hanya saja, yang membedakan. Semakin berkembangnya teknologi, derajat kopi perlahan-lahan semakin naik. Kopi tidak hanya sekadar minuman yang disruput bersama camilan. Tapi lebih dari itu. Kopi merupakan gaya hidup, simbol, strata sosial dan kehidupan.

El's Coffee merupakan salah satu ide ekonomi kreatif yang tidak hanya memajukan pemiliknya. Tapi juga menangkat derajat sumber mata pencaharian utama para petani lokal nusantara.

Jadi, sudahkah kamu ngopi hari ini?

Jangan lupa masukkan Els Coffee Hub yang beralamat di Jl. Mayor Salim Batubara No. 134A, Teluk Betung, Bandarlampung untuk ngopi sambil bersantai atau bekerja.





Salam sayang dari calon mantu idaman 




8 komentar

  1. Wow ulasannya sehangat kopi di cangkir yang cantik..

    BalasHapus
    Balasan
    1. whaha Mbak Linda bisa saja membahagiakan hati saya. Terimakasih :)

      Hapus
  2. aish, gila ni tulisan, keren abis, gak pernah hilang kagum baca tulisan di blog ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah, Mas Jumanto pandai sekali membikin saya ingin terbang haha

      Hapus
    2. Juara kan, kalau gak juara saya protes jurinya :D

      Hapus
    3. Wah keren mas Jumanto, tebakannya tepat

      Hapus
  3. wah...wahh pantesan menang ternyata..... artikelnya manis dan enak ,semanis dan seenaakk kopi diatas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan semanis penulisnya ya? Hahaha
      Terimakasih sudah berkunjubg kang nata

      Hapus

Terimakasih sudah berkunjung. Silakan Berkomentar agar saya dapat mengunjungi balik blog kamu. Mohon maaf jika mendapati komentar dimoderasi, mengingat maraknya spam yang nganu.