[Done Read 07 Books] Vengeance in Death


Vengeance in Death (Pembalasan dalam Kematian) — J.D. Robb


Pembalasan ada di dalam hatiku, kematian ada di tanganku.--Shakespear

Saya mendapatkan buku ini dari sebuah bazar buku entah tahun kapan, saya lupa. Sebab sudah lama banget, buku ini gak kunjung saya baca. Ya, inilah tujuan utama saya membuat resolusi satu ini. Buku-buku yang sudah terlanjur di tangan, setidaknya terbaca.

Saya menargetkan setidaknya ada empat buku yang harus dibaca dalam sebulan. Januari belum berakhir dan saya sudah sampai di buku ke tujuh. Tidak terlalu buruk, sebab saya memang enggak ada kerjaan libur semester ini. Selain beres-beres rumah, ke pasar, nyiapin makan, menjaga ibu dan setiap akhir pekan menjelma menjadi ojek antar-jemput adik ke asrama
J.

Kala itu saya membeli dua buah buku serupa satunya berjudul ‘Loyality in Death (Loyalitas dalam Kematian)’—semuanya bertema death—yang sudah saya baca bulan lalu. Setidaknya ada empat buku serupa yang pernah saya lihat di Gramedia. Semuanya karya J.D. Robb. Saya jadi menyesal dulu—pas bazar—tidak membeli seri lengkapnya. Sekarang harganya sudah kembali melambung empat kali lipat. Kan kampret!

Jika diperhatikan, belakangan memang saya lagi seneng-senengnya membaca novel detektif. Entah bagaimana, saya yang aslinya pecinta genre roman bisa sangat menikmati adegan bunuh-bunuhan yang berdarah-darah. Cukup psikopat.

***

Dalam novel ini, tokohnya tentu masih sama dengan sebelumnya—yang sudah saya baca. Meskipun jalan cerita keduanya tidak saling berkaitan. Ada Letnan Eve Dallas yang cerdik, galak dan gigih. Tipikal polisi wanita barat yang sering digambarkan di film-film. Tak luput officer-nya Delia Peabody dan detektif dari DDE, McNabb yang selalu setia membantunya memecahkan kasus demi kasus. Juga Roarke, suami Eve. Catat, dia tokoh favorit saya.

Betapa tidak, pria yang selalu digambarkan harum, stylish, ganteng, kekinian, romantis, baik, dermawan, pintar dan tajir. Benar-benar tipikal lelaki bojoable yang hampir tidak nyata ada di belahan bumi manapun (hahaha). Saya envy abis sama si Letnan, punya suami kece badai. Roarke yang dulunya—pas kecil—miskin, pencopet di daerah Dublin yang kumuh, menjelma menjadi pengusaha maha tajir yang hobi hacking dan sadap-menyadap. Propertinya sangat banyak di Kota New York, terutama. Bahkan dia sendiri enggak hafal satu persatu perusahaan miliknya. 

Kasus yang akan ditangani Letnan Dallas berangkat dari daerah masa kecil suaminya. Korban pertama dibunuh dan dimutilasi dengan sadis di sebuah apartmen mewah di sudut kota New York. Tidak ada jejak pembunuh di TKP. Baik jejak kaki, sidik jari atau semacamnya.  Si penjahat melakukan aksinya dengan sangat rapih dan sadis. Mencongkel mata korban, mengeluarkan isi perutnya, memotong lengannya dan lain sebagainya. Nyaris semua korbannya mengalami siksaan yang luar biasa sebelum maut akhirnya mejemput.

Si pembunuh selalu menghubungi Eve dan memberi semacam teka-teki agar ia menemukannya, beberapa saat sebelum beraksi. Meski Dallas selalu berhasil memecahkan teka-tekinya, tapi ia selalu terlambat. Si pembunuh sudah selesai dengan misinya.

Korban selanjutnya dibantai di salah satu rumah mewah Roarke. Bahkan ada korban yang mantan kekasih Roarke saat ia masih tinggal di Dublin. Semua korban adalah teman masa lalu Roarke. Khas si pembunuh yaitu meninggalkan patung Bunda Maria (simbol kesucian) yang menghadap mayat korban dan liontin shamrock (simbol keberuntungan).

Situasi semakin rumit ketika semua petunjuk dan hasil penyidikan mengarah pada Sumerset, asisten rumah tangga di rumah Roarke. Merangkap sebagai orang kepercayaan dan kerabat terdekat suami Eve. Satu hal yang pasti, Sumerset juga berasal dari Dublin dan memili anak gadis yang pernah mati mengenaskan—diperkosa dan dibunuh secara sadis—saat masih tinggal di Dublin. Lalu siapakah sebenarnya pelaku pembunuhan yang berhubungan dengan masa lalu Roarke itu?

Letnan Eve harus bergerak cepat dan tepat jika ingin menyelamatkan korban-korban selanjutnya. Ia sadar jika incaran utama si pembunuh sebenarnya adalah suaminya.

***

Sebenernya postingan-postingan macem ini bukan review atau sejenisnya. Hanya semacam laporan perkembangan bacaan saya. Sengaja saya posting di blog, biar ini blog keliatan ada yang punya. Itu aja sih. Saya ngerasa postingan macem ini setingkat lebih keren ketimbang postingan ngegalauin mantan yang kenyataannya udah move on (ngahaha). Jadi maaf aja kalau deskripsinya cendrung subjektif, sesuka-suka saya, gak lengkap bahkan gak jelas. Sebab saya hanya menuliskan apa yang saya ingat dan ingin saya tulis selepas membaca.

Sekian, bye~ bye~


                        *Done read 07 of 60 books must read in 2016


Tanggamus, 23 Januari 2016




4 komentar

  1. Sadis banget itu bacaanya..tapi gak papa sih dr pada postingan galauin mantan

    BalasHapus
    Balasan
    1. yap, betul banget. tapi, harum-harumnya berpengalamn nih :D

      Hapus
  2. Progres membacanya keren ya latifah. Jadi iri Pangeran. Serius aja, sebulan aja udah 7 buku. GImana bulan selanjutnya. "Kamu keren latifah." :)

    OW.. jadi ini cerita bukunya kek detektif gitulah ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. thanks pangeran, ini sih mumpung aja sebenernya. mungmung mood lagi bagus-bagusnya

      Hapus

Terimakasih sudah berkunjung. Silakan Berkomentar agar saya dapat mengunjungi balik blog kamu. Mohon maaf jika mendapati komentar dimoderasi, mengingat maraknya spam yang nganu.