“Ok! Ini, ini yang namanya
Museum Lampung.” Tunjuk saya kepada seorang teman KP (Kerja Praktik) yang
datang jauh-jauh dari ITK Kalimantan demi memperoleh pengalama mengolah bahan
mineral di LIPI-BPTM (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-Balai Penelitian
Teknologi Mineral) Lampung.
Mustofah—nama motor
saya—segera berbelok menuju gedung tersebut.
“Eh, tapi, tapi ini
parkirnya di mana ya?” Saya celingukan sembari mengusap peluh yang menggenang
dahi. Siang ini matahari lagi gak nyantai menyinari kota tercinta
Bandarlampung. Pertanyaan saya lebih kepada diri sendiri sih, sebab teman saya
ini juga baru kali pertama menginjakkan kaki di Lampung, mana pula dia tahu.
Kali terakhir saya
mengunjungi Museum Lampung adalah….
Eng….
Anu….
Adalah….
*hening panjang*
…sepertinya dua belas tahun
silam. Tepatnya saat studytour SD.
Anak daerah kabupaten sih umumnya gitu, studytour
mentok ke Museum Lampung, pantai Pasir Putih, TVRI dan kemudian FPI bahagia
tanpa ada indikasi penistaan. Padahal nih, tiga tahun terakhir saya kuliah dan
tinggal di area Jl. Soemantri Brojonegoro, jaraknya sekitar 700 meter dari
Museum Lampung. Nyaris setiap hari lewat, tapi gak pernah terbersit keinginan
untuk mampir. Sekadar menilik apa isi Museum Lampung setelah dua belas tahun
berselang.
Baca Juga: Air Terjun Batu Putu, Murah dan Mudah Dijangkau
Baca Juga: Air Terjun Batu Putu, Murah dan Mudah Dijangkau
Baru ketika ada seorang
teman yang pingin diajakin keliling-keliling kota Bandarlampung inilah saya kepikiran
untuk main ke Museum Lampung lagi. Kurang nirbudaya apa coba saya? Sebagai
warga Lampung saya memang amat nisata!
Untuk menebus kesalahan saya
pada ungkapan Bung Karno “Jas Merah!
Jangan sekali-kali melupakan sejarah.” maka saya akan menceritakan apa saja
isi dari Museum Lampung ini. Mari simak :)
Museum Lampung notabenenya
amat mudah dicapai, sebab memang terletak di jantung kota yaitu Jl. ZA. Pagar Alam. Berdekatan dengan
perempatan lampu merah menuju kampus Universitas Lampung. Dari terminal
Rajabasa cuma butuh lima menit naik angkot biru muda atau BRT (Bus Rapid Trans) dengan ongkos tiga ribu
rupiah saja. Gampang bangetlah pokoknya nyari Museum Lampung. Kalo sampai ada
warga Bandarlampung gak tahu tempat ini, mending kita lemparin ke kawah anak
gunung Krakatau aja. Ok, Deal!
Masuk Museum Lampung seperti
masuk museum pada umumnya yakni Rp 4.000,-/orang. Suara orgen tunggal menyambut
saya saat kali pertama sampai. Sepertinya GSG di belakangnya sedang disewa
untuk acara pernikahan. Sementara bangunan Nuwo Sesat (rumah panggung khas adat
Lampung) tampak berdiri rapuh di sisi kanan taman museum. Iya rapuh semacam
kurang kasih sayang, eh! Maksud saya kurang mendapat perhatian lebih dari pihak
pengelola. Sayang sekali ya.
Tersesat di Nuwo Sesat
Kita tidak bisa masuk kedalamnya
sebab diberi pagar besi yang tergembok. Sementara di undak-undakan terakhir yang
saya duduki, banyak sekali sampah sisa makanan ringan bertebaran. Sangat
disayangkan padahal diarea museum banyak tersebar kotak sampah. Apa susahnya
sih menaruh sampah-sampah itu pada tempatnya? Kamu jangan sampai gitu ya,
jadilah wisatawan yang bermartabat. Berharga diri, Ok!
Sementara di sisi lain
ditanamkan beberapa benda serupa bedil sisa perang kemerdekaan, jangkar kapal,
dan entah apa lagi. Saya gak tau namanya.
Halaman Museum Lampung
(source: maipura.wordpress.com)
Museum Lampung ini terdiri
dari dua lantai. Lantai bawah diisi oleh diorama-diorama pasca letusan Gunung
Krakatau 27 Agustus 1883, yang menyebabkan tsunami, semburan asap kelabu dan
ribuan lava sebesar kerikil yang terlontar dari kawahnya. Lengkap dengan aneka batuan-batuan
mineral yang terbawa oleh erupsi.
Ilustrasi Letusan gunung Krakatau
Material erupsi gunung Krakatau
Lava sisa erupsi Gunung Krakatau
Di sisi lain, disuguhkan
aneka tembikar yang digunakan masyarakat Lampung di jaman batu. Keramik-keramik
peninggalan sejarah, gerabah-gerabah, hingga gaya hidup manusia jaman sejarah
dulu. Bahkan ada tengkorak manusia purbanya juga lho. Ada juga diorama aneka
satwa endemik yang telah diawetkan.
Aneka peralatan rumah tangga masyarakat lampung jaman sejarah
Tengkorak manusia purba
Patung-patung mini peninggalan jaman batu dan jaman logam
Di sini juga terdapat prasasti
Batu Bedil yang konon belum diterjemahkan. Saya sempat kaget sih, ini prasasti
kok enggak dilapisi kaca. Tapi setelah diperhatikan lamat-lamat. Oh, ternyata cuma
replika.
Sedikit cerita tentang
Prasasti batu Bedil. Diberi nama sesuai dengan situs ditemukannya batu, yaitu desa Batu Bedil Hilir, Kecamatan Pulau
Panggung, Kabupaten Tanngamus. Agak bangga juga sih, sebab itu daerah
tempat tinggal saya. Situs aslinya sekitar 15 menit dari desa tempat tinggal
saya. Maybe someday akan saya post artikel sediri tentang Situs
Megalitikum Taman Batu Bedil. Kalau disini nanti kepanjangan.
Menilik replika prasasti
batu bedil.
Pada keterangan disebutkan
bahwa prasasti berisi 10 baris, diperkirakan dibuat pada abad ke-10 awal,
dengan bahasa Sansekerta, mantra agama Budha atau Siwa dengan goresan bunga Padma.
(Ini saya kutip dari keterangannya, maaf saya gak tau apa maksudnya. Sebab saat
saya berkunjung tidak ada guide yang
mendampingi).
Prasasti Asli (Situs megalitikum batu Bedil)
Oke, mari kita lanjutkan ke
lantai dua. Kalau di lantai satu tentang keadaan masyarakat lampung jaman
sejarah. Di lantai dua ditampilkan lebih mengerucut ke benda-benda dari jaman
yang lebih modern. Pakaian pernikahan adat Lampung Saibatin dan Pepadun, isi
rumah, hingga perabotan ditampilkan di sini. Sekali lagi manekin yang
mengenakan pakaian adat tampak lusuh dan tidak terawat, sayang sekali ya.
Kiri pakaian adat suku Lampung Pepadun, kanan Saibatin Pakaian adat suku Lampung Saibatin
(via http://www.surgakita.com/)
Oh ya suku Lampung ini,
konon memang terbagi menjadi dua. Makanya tagline yang tersemat untuk daerah
Lampung yaitu; Sai Bumu Khua Jukhai, maksudnya daerah yang terdiri dari dua
golongan. Perbedaan dari kekduanya, Lampung Saibatin merupakan suku lampung
yang tinggal dipesisir, dengan mahkotanya (siger) memiliki tujuh lekuk.
Masyarakat ini umumnya berbahasa lampung dengan dialek A (contoh: kata ‘apa’
menjadi ‘api’). Sementara adat Lampung Pepadun pada mahkotanya terdapat Sembilan
lekuk. Dengan baha Lampung berdialek O (contoh: kata ‘apa’ menjadi ‘nyo’).
Kain tapis (songket khas adat lampung) peninggalan sejarah,
tampak eksotis karena lusuh terkulum usia
Jika dilihat lebih mendalam,
gaya hidup suku Lampung memang tidak jauh dengan masyarakat pemeluk agama Islam
pada umumnya. Seperti acara cukur bayi yang baru lahir dan sebagainya. Bahkan di
sini ada juga Al Qur’an yang ditulis pada pelepah pohon lho. Saya menarik
kesimpulan dari silsilah keluarga Raden Imba. Yaitu ayah dari Raden Intan II
(pahlawan lampung yang namanya diabadikan sebagai nama bandara udara di
Lampung) disitu disebutkan bahwa Raden Imba merupakan keturunan raja dari
kerajaan Samudra Passai. Ingat kan pelajaran sejarah SMP dulu, kerajaan Samudra
Passai merupakan kerajaan islam pertama di Indonesi.
Al Qur’an di atas pelepah pohon
Tradisi cukuran bayi masyarakat Lampung
Oh iya, Bahasa Lampung juga
memiliki aksara lho. Serupa hanacaraka milik suku Jawa.
Ini
aksara Lampung
Kertas kuno dengan tulisan
beraksara Lampung
Lanjut, ya. Di bagian tengah
ruangan ditampilkan satu set gamelan Lampung yang biasanya digunakan untuk
mengiringi tarian daerah seperti Tari sigeh pengunten (tari sembah) yang
umumnya digunakan untuk menyambut tamu. Tari bedana, Tari cangget dan tari-tarian
lain.
Satu set gamelan Lampung
Di akhir kunjungan,
teman-teman juga bisa membeli souvenir khas lampung lho. Di bagian penerimaan
tamu ada booth sendiri yang menjual souvenir. Sayangnya saat saya berkunjung
sedang tidak buka, jadi si Iqbal yang jauh dari Kalimantan sana enggak sempet
beli oleh-oleh.
Iqbal menilik prasasti yang tampak nganu
Senjata peninggalan perang
Oke sekian dari saya, semua
artikel saya tulis berdasarkan keterangan yang saya baca-baca saat berkunjung
ke museum dan sekelumit ingatan saat belajar mata pelajaran muatan local bahasa
Lampung di sekolah dulu. Jika ada kekeliruan pada informasi yang saya berikan
boleh lho diluruskan. Sebagai manusia biasa saya juga tidak luput dari dosa *ciehh.
Jika teman-teman ingin
berkunjung boleh juga kontak-kontak saya. Biar kita bisa bareng-bareng belajar
budaya. Setidaknya walau saya bukan berasal dari Suku Lampung—apalah daku hanya
seorang PUJASERA (Putri Jawa Kelahiran Sumatera)—tapi sekali-kali mengenal dan
mengapresiasi budaya sendiri, gak papa kan. Jangan sampai budaya kita diakui Negara
tetangga, baru uring-uringan lantas menyeru ‘Ganyang Malaysia!’
Oh ya, satu lagi Museum
Lampung kalau hari senin tutup ya. Seperti museum-museum pada umumnya. Entah juga
sih mengapa, tapi kalau akhir pekan tetap buka kok, biasanya malah lebih ramai.
Okelah semoga bermanfaat. Kalau
ada yang ditanyakan atau penasaran silakan tinggalkan pertanyaan di kolom
komentar. Pasti akan saya jawab. Semampunya tapi ya, hehe.
Bandarlampung, Agustus 2016
Anjirr Prasasti Yang Tampak Nganu Maksudnya Apa Ka WKkwkkw
BalasHapusWahh Nanti Kapan" Boleh lah Berkunjung Kesitu.. Mau Liat Tengkorak Jaman Purba hhehe
Ah entahlah, aku juga ndak tau. Jagan terlalu difikirkan -_-"
HapusOke Siap Ka :)
HapusBTW Alamat lengkapnya :) Nanti Klo Ada Waktu Aku Kesitu lah
Alamat siapa nih? Gue apa museumnya? hehehe
HapusDi Gedung Meneng, JL Za Pagar Alam (lupa nomornya). Google map aja kali ya.
kalo butuh guide, kontak sosmed gue aja, ada di menu 'kenalan'
see yaaaa :)
Astagaaaa meskipun orang Lampung tapi udah lama gak ke museum Lampung hihihi
BalasHapusLama jg ya Lus km ga ke sana ;)
Tapi isinya bagus2 tu kaya akan sejarah, apalagi ada situs megalitikumnya
Ada Al-Quran juga. Aku seneng kalau ke museum gt, biasanya ada baju adatnya hehehe
iya mbak anu, gak sempet, gak tau juga mau apa *nyiapin seribu alasan lain* hehe
Hapusiya mbak ternyata setelah ditelusuri ya nt bad. ayolah sini main ke lampung
Lampung! Aku ingin sekali tiba di situ. Apalagi ke musium lampung, aku pengen setelah melihat naskah kunonya. Eh, dik... keren banget cara pengulasannya, foto pun lengkap. Berbakat nih jika jadi blogger traveller. Jempol untukmu..
BalasHapussemngat ya!.. aku tunggu ulasan lainnya.
Aih aih kak makruf ini suka bikin orang kegeeran hehe. siapa pula enggak kepinin jadi traveler bloger *ngiler.
Hapusayo ayo sini ke lampung, nanti tak ajakin ke museum lampung hehe. ditunggu!
Wah, jadi inget kalau waktu di kampung halaman dulu juga museum sering lewat tapi gak pernah terbersit buat masuk ke dalam. Cuman pernah ke situ pas Study Tour SD. Huft, pemuda bangsa macam apa aku ini xD.
BalasHapusBaru tau kalau Lampung ternyata punya Aksara sendiri ya, kirain cuma Jawa yang punya. Tapi sekarang Aksara Lampung masih dipakai gak sih disana? Kalau Jawa kan masih ada tuh di beberapa tempat dipakai, yang aku tau sih jadi papan nama jalan yang sekitaran Malioboro gitu ._.
Iya sama tuh, sama aku juga ke museum pas studytour SD doang. ini aja karena ada teman dateng dari jauh jadilah berkunjung ke museum lagi. setelah belasan tahun lamanya.
Hapusiya dong punya. kalo pernah ke lampung banyak kok gapura-gapura atau instansi pemerintah yang menyematkan aksara. perhatikan saja
Jadi ingat pengen ngajak anakku ke museum. Tapi kapan ya, ayahnya koding melulu :))
BalasHapusayodong ayah yang baik harus menepati janji ngajakin anak ke museum. luangkan sedikit waktumu wahai ayah :)
Hapusku sering ke museum lampung dan belum pernah masuk kedalamnya.
BalasHapusgue baru tau ternyata banyak sekali budaya yang terdapat di dalam museum itu. ku cuman sering melihat meriam dan jangkar di luar museum
ayolah sekali-kali masuk dek. belajar sejarah dari sana heheu
Hapusingin sekali masuk tetapi nggk ada kawan yang mau nemenin, kakak mau nemenin aku nggk????hehe
HapusApasih Attar yang enggak buat kamu :D
Hapus*sedikit tersenyum* *pipi memerah*
HapusHahaha!
Hapustring... dikota gue juga ada museum tapi kagak tau kenapa museum itu kagak pernah buka (mungkin karna gue kagak tau)..
BalasHapuspadahal bisa dibilang gue penasaran apa sih yang ada dimuseum itu, apa mungkin tengkorak dan peti mati atau apalah itu
setelah membaca ini, gue sedikit tersadarkan kalau didalam museum tidak hanya sesuatu yang pernah hidup lalu mati, tetapi juga benda benda bersejarah lainnya :D
wah entar gue pantengin tu aja museum, kali aja entar buka, jadi gue tau apa saja yang ada di museum kota gue
maksudnya nganu dalam kata kata ini "Iqbal menilik prasasti yang tampak nganu" apaan ya ?
jelaskan lah biar imajinasi gue gak keluar batas haha
wah sama dong gue juga lagi ngesave satu museum lagi di kota gue yang kalo dilirik-lirik enggak pernah buka. seneng juga sih mengunjungi museum, secara biaya masuknya murah gitu lho hehe.
Hapusoh itu, anu, itu cuma... gak papa kok. gue typo aja. Eh azhie lihat deh ada ufo lewat *kemudian kabur*
A pantas aja baajju adatnya beda, ternyata lampung terbagi menjadi 2. Aku juga suka wisata musium, selain mengenang peradaban trdahulu, rasanya excited aja karena selintas terpikir kok orang jaman dahulu uda mengenal jenis2 kebudayaan gitu ya, berarti sedari dulupun sebenernya manusia itu cerdas, dan yang menemukan pertama kali berarti pioner
BalasHapusOya
Sekilas kaya bahasa hanacaraka, ni jenis2 pelafalan sukukata dari bahasa lampung
iya bener banget itu kak nita, aku juga sempat berpikiran serupa. buktinya jaman dulu udah mampu bikin bangunan sekeren candi borobudur yang tak lekang oleh waktu. malah aku berspekulasi manusia semakin ke sini semakin pemalas dan gak kreatif lagi, sebab dimanjakan teknologi
Hapussaya sudah 4 tahun tinggal di Bandar Lampung tapi belum pernah masuk ke dalam museumnya, waktu itu sekali di aulanya ketika acara perpisahan sekolah :(
BalasHapusYasalam robby, sana lompat ke selat sunda aja wkwkw
Hapussekali-kalilah tengokin pusat saksi sejarah kota bandarlampung tercinta asikk!
Kalau masalah musium saya suka nih :D soalnya membahas tentang sejarah ( Bukan sejarah bersama mantan ), apa lagi musiumnya tentang budaya di Indonesia, kesannya itu keren.
BalasHapusTernyata di lampung juga ada aksaranya to, saya kira cuman suku jawa saja yang punya aksara :D. Gamelannya pun hampir mirip gamelan jawa, bedanya lebih lengkap gamelan jawa.
Iyak bener sekali Ardisca, Lampung juga punya aksara. dan untuk gamelan memang lebih lengkap gamelan jawa. tapi gamelan lampung relatif lebih gampang dimainin.
Hapussaya juga suka mengunjungi museum museum begini sebenernya, cuma kadang agak susah aja nemu kawan yang mau diajakin main-main ke museum sebab kurang hitz
Itu yang membuang sampah di area sekitar museum,dimana sih akal sehat nya ? Padahal tempat seperti ini harus dijaga kebersihannya.
BalasHapusDulu gue pernah tinggal diLampung,tapi belum pernah kesini.
Wah sayang sekali Jun, sini lah ke Lampung lagi. Emang orang sehat gak memulu secara akal hehe
Hapuspengen banget jalan-jalan ke museum lampung..
BalasHapustapi kayaknya hanya di angan-anagan aja..
wah, sayang banget itu manekinnya kalau ngak terawat..
kenapa gitu kak, sini atuh ke Lampung. nanti saya ajakin ajalan wkwkw
Hapusmuseumnya keren juga nih. jd pengen kesana
BalasHapusbuat foto sama prasasti yang tampak nganu, biar hits haha
iya Fery kesini aja. jangan sampe enggak!
Hapusnganu itu maksudnya apa?
BalasHapuskok aku mikirinya ke anu wkwkwkw
itu beneran temennya orang kaltim datang ke lampung cuma buat penelitian doang?
apa pengen ketemu kamu kaliiiiiiiii
Nganu itu ya anu kak Risah. silakan pikir sendiri hehe.
Hapusiya kak sumpah dia ke lampung mau penelitian, wong kenalnya aja baru disini LOL
Lampung ya jauh juga lumayan.. bagus tu museumnya, thank ya infonya.
BalasHapusYour welcome :)
Hapuswah padahal beberapa bulan lalu saya ke Lampung, kondangan. hehe
BalasHapusbaru tau klo di lampung ada museum juga, disangka baso pak sony aja yang enak itu. nanti klo ke Lampung mampir ah~
Wah update terus tentang wisata di Lampung, biar orang2 makin tau di Lampung ada apa aja. :3
Siap kak Andi. Wah sayang sekali ya, udah ke lampung tapi belum sempet explore Lampung. Emang kalo tempat tempat serupa museum gini agak kurang dkminati sih, kecuali kalangan pelajar. Itupun kepaksa karena kegiatan sekolah. Semoga kapan kapan bisa nyempetin berkunjung ya
HapusGue selama tinggal di bandar lampung dulu,belum pernah menjelajah museum ini.Gue suka tuh dengan al quran yang ditulis diatas pelepah pohon,unik dan pasti banyak sejarah nya.
BalasHapusHitung hitung kalau ke mueum gini ya berwisata sambil belajar begitu.
Kalo aksara lampung,itu udah makanan gue waktu SD. Dan nilai gue dulu tuh ambruk banget deh kalo udah disuruh nulis pakai aksara lampung haha.
Haha iya Juna bener banget, bahasa Lampung emang pelajaran muatan lokal. Dulu gue juga sebel sama pelajaran ini. Sekarang baru ngerti kenapa kita harus belajar muatan lokal.
HapusLo pernah tinggal di Lampung ya, ya semkga kalan kapan ada kesempatan main lagi ke Lampung, terus mengunjungi museum ya
Lampung, banyak temen kuliah dari Lampung.
BalasHapusAku paling suka pergi2 ke tempat2 bersejarah gini, selain bermain sembari belajar juga, jadi tahu infomasi :)
Keren yah bisa langsung beli asesorisnya langsung, wah sekali kesitu langsung dapat oleh2 khas Lampung ya :)
Bagi orang Lampung mah mungkin udh biasa ya..hehe
Tapi perjalanannya jauh banget ya mba, temanku aja yg di Jogja naik bis sampe 24 jam.an ...
Makasih infonya tentang museum di Lampung, jadi nambah wawasan tentang isi dari museum tersebut. Bisa nih kalau kamu berkunjung ke museum Lampung lagi, saya berminat untuk ke sana bareng-bareng. Hehe.
BalasHapusWahhhh... gambarnya lengkap ya!
BalasHapusKalo aku sih, belum pernah sama sekali ke Museum manapun..
Kayaknya seru berkunjung ke Museum.. Mmmm... pengen nih kapan-kapan kesana.. Hahahaa... :D
Wkwk terinspirasi dari mana teh sampe nama motornya mustofa.
BalasHapuskalo disini Mustofa itu tetangga Kost aku wq.
Di mueseum ini 100 persen bahasa Lampung kan teh ?
soalnya aku pernah trauma pas kelampung justru masyarakatnya lebih fasih pake bahasa Jawa.
kan aneh :(
Btw makasih banget yah infonya teteh Pujasera, siapa tahu aku bisa kesana :)
O iya teh, judul Blognya ada yang typo :)
Wah wah, bagi gue sendiri saat ngebaca posting ini, serasa dipandu oleh tour guide. Keren dan sangat detail.
BalasHapusKalau ntar kesana, gue bakal bilang-bilang. hehe
Postinganmu lengkap banget loh. Bener kata abdul, kita serasa diajak museumnya, ditambah foto dan keterangan-keterangannya menambah nilai plus.
BalasHapusEh kenapa nggak sekalian wawancara sama pengelola museumnya? Mungkin bisa menambah nilai plus lagi. Terutama terkait sampahnya? Dih, kita emmang belum bisa move on dari masalah mindset tentang kebersihan.
Museum, tempat seru yang bisa dijadiin tempat rekreasi sekalian belajar. Aku selalu pengen datengin museum lihat-lihat keadaannya tapi selalu ga ada temen, mereka lebih milih main ke mall. Kalau deket sama kak lustika seru nih, maen ke museumnya punya temen.
BalasHapusLampung punya aksara? Tanah sunda juga ga mau kalah, kita punya aksara juga dong.
Salut sama prasastinyaa, bagus. Rada gimana gitu pas baca patung yg make baju khas lampung rada usang, padahal kan itu pelajaran tapi malah gitu :((
Jadi pengen ke museum ih...
Alhamdulillah sebagai orang kelahiran di Lampung gue udah beberapa kali mengunjungi museum Lampung. Sama kayak lo yang pernah tinggal di soemantri brojonegoro. Gue pun pernah. Haha
BalasHapusKira2 terakhir kali gue kesan itu 2 atau 3 tahun lalu.
Banyak banget menurut gue orang Lampung atau bahkan orang yang tinggal di Lampung tapi enggan untuk mengunjungi museum ini. Hmm... ada apa ya????
makasih untuk postingan soal museumnya :D jadi kalau ke lampung (meskipun gak tau kapan), bisa lah mampir2 kesana. soalnya aku suka banget ke museum :D
BalasHapusrasanya kayak masuk ke dimensi waktu berbeda :D
BalasHapusI started on COPD Herbal treatment from Ultimate Health Home, the treatment worked incredibly for my lungs condition. I used the herbal treatment for almost 4 months, it reversed my COPD. My severe shortness of breath, dry cough, chest tightness gradually disappeared. Reach Ultimate Health Home via their website www.ultimatelifeclinic.com I can breath much better and It feels comfortable!
Oa Kak latifah, museum di Lampung ada dimana aja ya selain museum lampung di bandar lampung.
BalasHapusKatanya di Lampung ada museum kupu-kupu ya ??