Yang Lebih dari Destinasi, dalam Sebuah Perjalanan


Heningnya malam terasa kian pekat kala jemari sejenak berhenti menari di atas keyboard. Sesekali pendingin laptop berdesing payah, seolah berbalas sapa dengan suara detak jarum jam dinding. Atau justru tengah mengeluh, sebab sudah pukul dua lebih seperempat dini hari, dan ia masih harus menemani tuannya bekerja keras bagai quda.

Sembari menghelai napas, saya mengusap perlahan kelopak mata yang terasa kering, pedas—dan tentu saja letih. Seperti ikut memprotes, selarut ini harusnya ia sudah terpejam manja sembari memimpikan sesuatu yang indah-indah. 

Tidak kurang dari lima artikel yang sudah saya tulis dan publish, dalam kurun waktu 12 jam terakhir. Masih ada 2 naskah novel yang harus diperiksa di luar jobdesk 2 artikel perhari untuk sebuah website. Jika saya bersungguh-sungguh hendak pergi berlibur 4 hari kedepan, setidaknya saya harus memiliki 8-10 stok artikel. 

Sebagai penulis paruh waktu yang nyambi ngeditor tipis-tipis, seringnya justru deadline menumpuk ketika mendekati jadwal liburan. Tanpa mau kompromi. Padahal liburan sudah diniatkan dari jauh-jauh hari.

“Kemudian saya akan dihadapkan pada pilihan yang menjengkelkan: Harus membawa serta pekerjaan itu dalam perjalanan atau membatalkan perjalanan sama-sekali.” 

Di antara temaram cahaya lampu tumblr yang berpendar mengular di dinding kamar, sejenak saya berkontemplasi. Teringat kembali pada percakapan video call terakhir dengan seorang sahabat yang lamaaa sekali tidak jumpa.

“Fah, kamu jadi kan, ke Lampung Timur weekend ini?” 

“Duh gimana ya Fur, tanggal 9, 10, 11, banget itu ya?”

“Ah ayolah Fah, jadi aja. Ya! Ya! Kapan lagi kan, kamu ke Festival Way Kambas ditemenin aku. Tahun lalu batal, masa tahun ini batal lagi sih.” Katanya di sebrang saluran sembari memajukan sedikit bibirnya. Merajuk.

Membuat saya seketika tidak enak hati. “Anu, tapi aku banyak deadline ’e. Piye?” 

“Dibawa aja kerjaanmu, Fah.” 

Saya Bergeming sesaat sembari berpikir. “Takut gak selesai, akutu.”

“Pasti kelar, kamu kan deadliners strong! Nanti aku temani begadang sembari nyeduh kopi Lamtim, Oke!” Bak SPG panci presto, Furi masih saja bersikukuh untuk meyakinkan si sahabat.

“Tapi gimana ya, Furi?” Sementara bimbang masih saja membikin pikiran saya kalut. 

Cukup lama Furi terdiam sebelum akhirnya berujar. Pasrah. Amat pasrah. “Ya, memang sih tahun depan dan depannya lagi pasti ada festival serupa. Tapi Fah, tahun ini terakhir aku pengabdian di sini, lho.” Sesaat ia menghelai napas panjang. Menciptakan hening yang terasa tidak nyaman. 

Lalu ia melanjutkan. “Kalo kamu ke festivalnya tahun depan, kemungkinan aku gak bisa temenin kamu jalan-jalan. Sebab, mungkin setelah ini aku akan balik ke Padang, atau malah ikut Mas suami.” Kata Furi—sok—berekspresi sedih di ujung saluran.

Di sebrang saluran lainnya, diri ini sudah tidak tahan lagi mengikuti episode drama melankolis yang si sahabat ciptakan. 

Geli bercampur kesal, sayapun menyeletuk. “Eh, jomblo! Halu aja! Ikut suami, apa-apaan! Cari dulu kali calonnya!”

Tawa kami pecah diikuti pekikan protes Furi. “Kok kamu gitu sih Fah, harusnya kamu bilang aamiin, tau!!!”

***

Festival Way Kambas, I’m Coming!

Scene dramatis itu lantas melemparkan saya pada sebuah kenekatan yang tidak akan pernah terlupakan. Walau penuh pertimbangan dan agak kolosal, akhirnya saya bertolak ke Lampung Timur juga. Selain tidak sampai hati menolak rayuan maut Furi, sebab dari lubuk hati terdalam saya memang sudah ada niat untuk refreshing tipis-tipis. 

Di samping itu, juga terbersit keinginan agak menggebu, untuk secara langsung merasakan euforia salah satu festival yang paling ditunggu-tunggu di Lampung selain Festival Krakatau, Festival Kopi Lampung Barat dan Festival Teluk Stabas.

2019 pakai zenbook
Membayangkan melihat gajah dari kejaugan sembari duduk leyeh-leyeh begini aja aku udah happy kok :D 
Perjalanan ditempuh sekitar 4,5 jam dari rumah di Kabupaten Tanggamus menggunakan sepeda motor. Saya memilih jalur via Simpang Sribawono. FYI, jalur ini cukup aman dari begal meski jalanan relatif lebih sepi. Kendati demikian saya tetap merekomendasikan jalur Kota Metro untuk menuju ke Way Kambas. Menuju Way Kambas juga bisa ditempuh dengan menumpang kendaraan umum atau bus trans dari terminal induk Rajabasa, di Bandarlampung.

Menurut jadwal, Pembukaan Festival Way Kambas 2018 berlangsung tanggal 9 November ba’da dzuhur. Sebab tidak ingin melewatkan momen pembukaan yang krusial itu, maka saya bertolak ke Lampung Timur sehari sebelumnya. Dengan begitu, saya akan punya banyak waktu untuk sekadar sweet talk dan melepas rindu bersama Furi. Sisa waktu lainnya bisa saya gunakan untuk mencicil tulisan atau mengkoreksi naskah novel dari penerbit, kan. Cerdas!

Berkaitan dengan dunia freelance yang setahun belakangan ini saya geluti, yang di awal membuat saya nyaris membataklan liburan akhir tahun, sejujurnya sudah dipertimbangkan masak-masak. Sebab berkaitan dengan si partner kerja, yang ….

Yah, meskipun notebook yang saya miliki relatif kecil, ringan dan tipis untuk dibawa-bawa, tapi performanya itu lho, bikin penggunanya mendadak alim. Sebab tanpa sadar jadi mendadak rajin beristigfar, apalagi kalau sikap ogah berkomprominya udah kambuh.

Alih-alih mempercepat proses mengejar tenggat deadline, justru ia malah yang membikin pekerjaan saya tak kunjung rampung. Acap kali ia ngambek di momen-momen kritis dan krusial. Kalau leletnya udah kambuh, duh Tuhan! Pokoknya saya kudu banyak-banyak sabar dan elus dada aja deh. Dada bidang mas-mas!

Oke, saya akui, emang salah saya juga sih. Tidak bisa dimungkiri, sebagai manusia biasa kadang saya lebih senang leyeh-leyeh di awal dengan dalih writers block, namun jelang deadline justru ide dan hasrat ingin menulis justru tumpe-tumpe di detik-detik terakhir. Kalau sudah begini, pasti ekspektasi kita senada: Menyelesaikan tulisan dengan cepat dan sempurna, ya kan!

2019 pakai zenbook
2019 Punya Laptop yang mumpuni!
Mulai dari berpikir dan merangkai kalimat di kepala dengan tepat, mengetik cermat tanpa typo, hingga mempublish artikel dan mengunggah gambar atau video dengan cepat. Buntutnya akan ada banyak jendela yang aktif di layar, puluhan laman web yang terbuka, sembari diiringi lagu yang berdentum syahdu dari aplikasi pemutar musik. 

Tanpa sadar, si laptop sudah sedari tadi melambai-lambaikan tangan ke kamera. Menyerah dan meminta belas kasihan. Tidak mampu mengimbangi kemauan si pemilik. Ditandai dengan suhunya yang mulai memanas, lelet, not responding, lalu berakhir blank dan restart otomatis dengan dramatis. Nyesek gak, tuh!

Sialnya tulisan yang terakhir, belum sempat tersimpan sempurna. Atau malah tulisan terlanjur dicut dari notepad dan belum sempat dipaste ke lembar postingan. Duh ampun! Rasanya tuh …. Macem diselingkuhin, pas lagi yakin-yakinnya mau naik pelaminan dengan si Doi.

“Sakittt sekali! Namun ternyata tidak ada yang berdarah, terluka, apalagi patah!”  

Nah atas dasar itulah saya jadi sangsi dan semi trauma kalau harus bergelut dengan pekerjaan sembari liburan. Masalahnya kalau mood ini sudah berantakan, sehitz apapun destinasi liburan, sekece apapun pemandangan, niscaya gak akan pernah sama feelnya. Harusnya kan, liburan bikin fresh. Bukan bikin stress!

Diperparah lagi, dengan kondisi saya yang musti menyesuaikan diri untuk menulis di lingkungan yang benar-benar baru. Kalau biasanya saya menulis di sudut kamar yang sepi, kini saya kudu menjaga fokus pada layar laptop, sementara di sekeliling ramai orang yang sedang entahlah. 

Liburan Asik Ke Festival Way Kambas 

Jika kamu sering singgah ke Lampung, namun belum pernah berkunjung ke Way Kambas. Atau kamu berencana liburan ke Lampung, dalam waktu dekat ini. Nah, saya sarankan agar singgah ke Taman Nasional Way kambas. Setidaknya sekali dalam seumur hidup. 

Festival Way Kambas sendiri digelar setahun sekali, di akhir tahun setiap awal bulan november dan biasanya bertepatan dengan akhir pekan. Rangkaian acara festival ini berlangsung selama tiga hari. Mulai dari Upacara Pembukaan, Festival Kuliner, Forest Fotography Festival, Way Kambas Adventure Trail, Parade Band Way Kambas, Festival Buah Nusantara, dan masih banyak lagi kegiatan seru lainnya yang sayang untuk dilewatkan.

2019 pakai zenbook
Defile dari Kecamatan Pasir Sakti dalam parade budaya Festival Way Kambas

Jumat itu, Lampung Timur sedang berselimut awan kelabu dan rinai hujan, bahkan sejak dari dini hari. Mendekati waktu upacara pembukaan, barulah matahari sedikit-demi sedikit mulai mengintip. Genangan air kecokelatan di beberapa titik jalan dan tetesan air di ujung dedaunan seperti menyambut saya dan teman-teman yang mulai memasuki area Taman Nasional Way Kambas (TNWK). 

Sisa hujan menyisakan kesan yang amat mendalam bagi si freelancer moodyan ini. Membelah aspal jalan di antara kabut di tengah belantara hutan TNWK, sungguh luarbiasa memesona. Saya perhatikan, gerbang TNWK ini, tidak selebat dan serimbun pepohonan di gerbang Taman Nasional Bukit Barisan (TNBB) di perbatasan Tanggamus dan Lampung Barat. Tapi fokus kedatangan saya, bukan itu.

Entah sudah berapa belas tahun saya tidak lagi melihat atraksi gajah. Ternyata, melihat atraksi si mamalia lucu nan cerdas ini langsung di tempat tinggalnya begitu membuncahkan semangat di hati saya. Dulu, saat masih SD melihat dua hingga tiga gajah beratraksi membuat saya amat happy, tapi hari ini melihat belasan gajah beratraksi bersamaan di depan mata saya, WOW!!!

2019 pakai zenbook
Puluhan gajah tengah unjuk kebolehan di pembukaan Festival Way Kambas 2018
Upacara Pembukaan Festival Way Kambas, dimeriahkan juga oleh Parade Budaya dengan beraneka macam kreasi busana adat dari defile setiap kecamatan di Lampung Timur. Busana adat Lampung, busana adat Jawa, busana adat Bali hingga busana adat Sunda. Semua ada. Seperti itulah cerminan Lampung kami, yang terdiri dari beraneka ragam suku dan budaya.   

Belum sah ke Way Kambas, kalau belum berinteraksi langsung dengan gajah-gajah yang tambun dan menggemaskan. Naik pungunya, memberi makan, berswafoto atau hanya sekadar membelai kulitnya saja. Mau gajah anakan yang luthu-luthunya, gajah dewasa bergading amat panjang, gajah terbesar diantara yang terbesar, hingga induk gajah yang sedang mengasuh anak. Pokoknya semua ada di TNWK. Puas-puaskan saja mainnya.

2019 pakai zenbook
Ceritanya si Rudi sedang PDKT dengan anak gajah yang agak sensitif, haha!
Jelang petang, gajah-gajah yang selesai beraktifitas dan menunaikan tugas akan dibawa mandi oleh masing-masing pawang, kemudian istirahat dikandang. Lalu, kira-kira sebesar apa bentuk kandang gajah di tengah kawasan taman nasional? 

Hmm…, silakan saja kamu ke Way Kambas sendiri untuk menuai jawabnya, ya.

Liburan, Namun Produktifitas Tetap Terjaga  

Hari ke dua festival, saya iseng melipir ke daerah Sekampung Udik untuk menilik situs megalitikum terbesar di Lampung, Situs Pugung Raharjo. Kebetulan sekali Mas Arif—salah satu teman kami merupakan  akamsi—anak kampung situ, gokilnya ayah Mas Arif memiliki ladang jagung yang letaknya persis di sebelah lokasi punden berundak.

2019 pakai zenbook
Punden berundak di Situs Purbakala Pugung Raharjo Lampung Timur
Hal yang paling menyenangkan, saya otomatis dapat paket kombo berupa guide dan jaminan rasa aman dari penduduk asli secara cuma-cuma, dengan bonus tempat singgah. Sebab berdasarkan penuturan warga setempat, area situs ini riskan akan curanmor dan tindak kejahatan. Saya perhatikan memang lokasinya relatif sepi, sih. Jadi buat kamu yang hendak ke sana, sebaiknya memang ekstra waspada. 

Belakangan, setiap merencanakan perjalanan, ke manapun itu, saya selalu mempertimbangkan perihal keberadaan teman dan saudara di daerah yang hendak dikunjungi. Terlebih saya ini anak gadis. Salah strategi sedikit saja, ijin dari orangtua bisa seketika batal.  

“Dan bagi saya, tujuan utama berlibur bukan sekeren dan sehitz apa destinasinya, tetapi lebih kepada bagaimana sebuah perjalanan itu mampu menyambung dan menjaga tali silaturahmi tetap utuh dan erat terjalin.” Azek!

Saya dapat momen jalan-jalannya, ditambah bonus bertemu sahabat lama yang biasanya hanya bersua via telepon saja. Hal itu pula yang membikin saya selalu percaya diri untuk traveling sendirian tanpa takut ditikam kesepian. Sebab di destinasi berikutnya selalu ada orang yang hendak dituju, atau minimal disinggahi.

Hal lain yang juga berkesan saat mengunjungi teman, saya bisa langsung berinteraksi dan menyatu dengan warga lokal. Berbaur bersama adat dan budaya derah yang benar-benar baru. Sungguh, sebuah pelajaran berharga yang tidak akan pernah ada pada mata kuliah jurusan apapun.

Seperti saran Furi, selama di Lampung Timur saya beraktifitas normal dengan jalan-jalan dari pagi hingga petang menjelang. Selepas isya, dan setelah istirahat sebentar, saya akan mulai mendeadline pekerjaan. Ditemani Furi yang juga mengerjakan pesanan book custom handmadenya.

2019 pakai zenbook
Secangkir kopi di tangan kiri, ZenBook S di tangan kanan, jodoh di tangan Tuhan! 
Seperti dua sahabat perempuan kalau sedang jumpa umumnya, kami akan membicarakan banyak hal di sela-sela kesibukan masing-masing. Mulai dari tema-tema receh gak penting, hingga rencana masa depan, ditemani oleh udara malam yang sejuk daerah Way Jepara yang masih asri, sembari sesekali menyeruput kopi pekat yang sudah dipengaruhi rasa manis gula.

“Hal yang selama ini luput dari benak saya: Ternyata kalau bekerja sembari ditemani seorang teman akan terasa lebih menyenangkan. Ketimbang begadang sendirian.” 

Jadi, kapan nih punya teman hidup, untuk sekadar menemani bekerja. Eh! Gimana? 

Apa gak lelah, Fah? 

Kalau ingin jujur, ya sudah pasti! Waktu istirahat menyempit: Siang hari jalan-jalan dan pecicilan, sementara malam harinya tidur larut demi merampungkan pekerjaan. Tapi suasana hati jauh lebih bahagia, mood lebih stabil dan jadi gak gampang tersinggung. Kadang saya juga bingung, ternyata saya punya tenaga seprima itu.

2019 pakai zenbook
Kawan-kawan pecicilan selama di Lampung Timur.
Matursuwun sanget, sudah dikawal ke mana-mana haha!
Itulah kenapa perlu diingat, bahwa sesekali kita butuh piknik. Sekadar untuk menjaga kewarasan. Ya, minimal satu tahun sekali lah, di penghujung tahun seperti saya ini. 

Kendala Berlibur dengan Membawa Serta Pekerjaan

Pada akhirnya, di perjalanan kali ini saya bisa menghelai napas lega, sebab semuanya terhandel dengan baik dan sesuai harapan. Tapi bukan berarti tanpa halangan dan rintangan. Yang paling bikin gondok itu, kalau tiba-tiba mati listrik dan durasinya lama. Entahlah, mati kutu pokoknya! Gak ada hal lain yang bisa dilakukan selain istigfar banyak-banyak. Sembari elus dada Mas-mas, teteup! 

Empat hari tiga malam berlibur di Lampung Timur menimbulkan bongkahan harapan dalam benak saya. Membuat saya berandai-andai, untuk memiliki partner kerja yang lebih mumpuni. Terutama saat sedang diajak berlibur berlibur seperti saat ini. Dia yang bisa diajakin edit video dengan mulus, pasti bikin konten youtube jauh lebih seru. Dia yang memiliki daya tahan batrai oke, pasti gak akan kebakaran jenggot kalau ternyata semalam suntuk mati listrik. 

Dan yang paling utama, dia yang berbodi tipis, ringan dan tahan banting saat diajakin traveling. Dia yang menyimpan backup file jalan-jalan dengan aman, meski dihadapkan pada medan berat hingga cuaca ekstrim yang tak terduga.

Ekspresi lo, ketika performa partner kerja sesuai dengan keinginan dan kebutuhan.
Ah, membayangkan tulisan saya cepet rampung dan terpublish dengan syantik, saya udah amat happy. Sebab itu bermakna jadwal istirahat dan tidur saya agak sedikit longgar, liburan akan jauh lebih fun. Gak ada lagi acara terkantuk-kantuk kalau habis sholat dzuhur, sebab semalam tidur terlalu larut. Haha!

Partner Kerja, Bukan Sekadar Saat Liburan

Namanya penulis, mau fulltime atau parttime sudah pasti kebutuhan utamanya adalah perangkat yang mumpuni. Nulis rilis berupa straight news, ya bisa lah menggunakan smartphone. Tapi kalau ndilalah hasil liputan menghendaki  indepth report atau feature—yang bisa lebih dari 1500 kata, jontor tuh jempol karena mengetik. Ditambah input beberapa gambar pendukung dan edit rekaman video dikit. Nah, tambah mampus kan!

zenbook s
Mari mengenal lebih jauh si ZebBook S
ASUS sebagai brand dengan penjualan produk teknologi terdepan di Indonesia baru-baru ini merilis ultrabook seri Zenbook S UX391UA. Dengan keunggulan berupa bodi yang ramping, performa menakjubkan dan menduduki peringkat tertinggi di kelasnya. Bagi saya ZenBook S ini sudah memenuhi kriteria partner bekerja sembari berlibur yang amat mumpuni. Bahkan lebih dari itu.  Bagaimana bisa?

Si Dia, yang Ramping Pula Ringan 

Hal utama yang paling membikin saya kepincut dengan si ZenBook S UX391UA ini adalah bodinya yang amat langsing. Sudah gitu lebih sempurna lagi dengan bobot yang super ringan pula. Bayangkan saja, beratnya 1 Kg dan ketebalannya tidak lebih dari 12,9 mm. 

Kalau terpaksa musti liburan sembari kerja macem saya, tidak akan sakit kepala perihal mengorganisir barang bawaan. Karena amunisi bekerjanya ringkas, tidak memakan banyak ruang di dalam tas. Saya yang kalau berlibur lebih suka bawa backpack, tidak lagi khawatir pundak pegal dengan ransel melembung akibat dijejali laptop.  

Si ZenBook S UX391UA ini telah dilengkapi dengan teknologi layar NanoEdge. Sehingga bezel layarnya sangat tipis berukuran 5,9 mm. Perbandingan antara layar ke bodi sekitar 85%, kira-kira layar 13,3 incinya itu sebesar kertas A4 saja. Ringkasnya ZenBook S ini tidak lepas dari penggunaan material premium di dalamnya, maka wajar kalau bobot dan ukurannya sukses dikonfersi ke titik minimum.

zenbook s

Sahabat, untuk Si Pemuja Kenyamanan yang HQQ!

Ada hal yang level jauh di atas kenyamanan bersandar di bahu si doi itupun kalau punya. Ya, ZenBook S UX391UA ini begitu memprioritaskan kenyamanan penggunanya pada level puncak tertinggi. Berupa sematan teknologi eksklusif engsel ErgoLift. 

Engsel ini memiliki prinsip kerja dengan sedikit memiringkan posisi keyboard saat laptop dibuka. Memang sedikit porsinya, tapi efek kemiringannya begitu dahsyat. Menimbulkan sensasi efek kenyamanan yang sempurna saat mengetik. Terutama buat pengguna seperti saya, yang kalau sudah kumat memborong deadline bisa berjam-jam lamanya duduk takzim di depan laptop. 

Miring tidak sekadar miring, sebab telah melalui perhitungan matematis yang cermat. Sudut optimal untuk mengetik yaitu 5,5 derajat. Selain mampu memberi pengalaman kenyamanan mengetik yang berbeda, derajat kemiringan ini juga mampu mengoptimalkan kinerja sistem pendinginnya. Sebab akan ruang untuk lebih banyak udara mengalir di bagian bawah sasis.

Kebayang kan gimana ayemnya rasa hati ini, kalau terpaksa harus lembur nulis sampai dini hari kemudian ditemani perangkat yang gak berdesing berisik sebab kegerahan. Apakah hanya itu? Oh, tentu tidak Marimar! 

zenbook s

Kemiringan 5,5 derajat ini juga membantu si dual bas 1W speaker stereonya bekerja maksimal tanpa hambatan. Efek suara yang lebih kuat, lebih jernih dan respons bas yang lebih baik akan sangat terasa. Sudah memang dasarnya saya senang menulis sambil dengerin musik, ditambah kualitas audionya jempolan lagi, sunguh nikmat Tuhan yang gak bisa didustakan, ya Ferguso.

Agaknya engsel ErgoLift ini memang semacam teknologi khusus yang sengaja dijatuhkan dari surga, sebab karena dialah saya bisa leluasa menentukan sudut layar ternyaman hingga mencapai lebar 145 derajat. Jauh lebih luas dari layar laptop pada umumnya. Dan ketika selesai bekerja dan layar ditutup engsel ini akan tersembunyi, tidak adan ada tampak menjol atau menekuk aneh, sebab ia sudah kembali ke bentuk semula. 

Pasangan Ideal, untuk Si Multitasker Garis Keras

Ya namanya juga deadliners, kadang diniatin ataupun tanpa sengaja, saya cuma punya sedikit waktu untuk menyelesaikan tulisan. Akibatnya saya menghendaki si laptop mau diajak bekerjasama. Mendukung kinerja cepat saya, menjalankan banyak aplikasi dengan efisiensi tunggi tanpa diiringi drama ngeblank.

Saya juga menyarankan untuk tidak sesumbar perihal performa dengan si ZenBook S UX391UA. Sebab jelas dia juaranya, dengan sematan prosesor kelas atas berupa intel Core i7-885OU dengan kecepatan 1,8 Ghz yang dapat dipacu hingga 4GHz. Lalu diimbangi oleh RAM 16 GB, yang mengusung teknologi LPDDR3 dengan efisiensi tinggi dan ruang yang mumpuni. Di sisi lain penyimpanan internalnya tak kalah lega dengan SSD 512 GB PCle 3.0x4.

zenbook s

Komponen-komponen premium berteknologi tinggi inilah yang membuat si ZenBook S amat bersahabat dengan tipikal pekerja tangkas dan taktis macam strong woman ini. Booting sistem operasi secepat berkedip, memuat aplikasi serupa kilat, melakukan setiap aktifitas dengan mulus, hingga menjalankan setiap jendela dengan ritmis dan melodis. Tentu ini krusial banget bagi manusia spesialis pehobi main kejar-kejaran dengan deadline. Mau buka banyak dokumen, browsing banyak laman, nonton sambil mengerjakan sesuatu, hingga edit video, tanpa dicemari drama “gak ngerti maunya laptop apa!” yang cukup wasting time

FYI aja: Nunggu itu lelah tau! 

Welcome to #TeamByeByeColokan

Ini yang paling krusial bagi saya. Yang namanya lagi jalan-jalan itu hal tersulit adalah mencari sumber listrik. Sumber listriknya sih ada, tapi kan kitanya mobilisasi tinggi. Seringnya singgah di rest area hanya untuk sholat, makan, dan leyeh-leyeh bentar kan. Kalo sampai berjam-jam sih tandanya betah.

zenbook s

Maka terpujilah ASUS karena teah melahirkan si ZenBook S UX391UA, dengan kapasitas batrai yang luarbiasa, yaitu 50Whrs Lithilium-Polymer yang dikombinasikan dengan intel Core i7-885OU. Emang sehebat apa sih batrai ini?

Dengan Batrai ini, si ZenBook S mampu bertahan hingga 13,5 jam penggunaan. Dan kalau kehabisan batrai, hanya butuh waktu sekitar 49 menit untuk mengisi dayanya hingga 60%. Saya hanya perlu menitipkan si ZenBook S ke mas-mas penitipan barang yang terpercaya sembari di charge. Kemudian saya tinggalin untuk sholat dan makan, bimsalabim batrai laptop nyaris penuh. Super!

Ringan Namun Tidak Ringkih

Sejauh ini kita sudah berbicara bobot yang ringan, desain yang ramping nan elegan, peforma yang juara hingga kapasitas batrai yang oke punya. Satu hal lagi yang perlu sekali dipastikan kembali. Kira-kira si ZenBook S UX391UA ini riskan rusak gak, ya? Kalau tanpa sengaja tertekan di dalam tas, atau tertindih di perjalanan, gimana!


Nah, bodi kokohnya ZenBook S UX391UA ini bukan semata klaim isap jempol belaka. Sebab ia telah lolos uji standar militer MIL-STD 810G. Melewati serangkaian uji ekstrem yang levelnya lebih tinggi dari minta restu ke calon mertua. Uji pengoprasian di lingkingan ekstrim: seperti uji kuat jatuh, tahan guncangan, pengoprasian di ketinggian, pada suhu ekstream hingga lingkungan lembab.  

Jadi jangan khawatir kalau seandainya Si ZenBook S UX391UA tidak sengaja tertekan atau terjatuh saat ada di dalam tas, jangankan hanya terguncang selama di perjalanan traveling, tidak sengaja terinjakpun ia baik-baik saja. Bersempit-sempitan bersama perlengkapan traveling selama perjalanan, hingga melewati musim kemarau gersang atau musim hujan lembab, ia tetap strong, seperti aku si perempuan strong!

Spesifikasi Lengkap ASUS Zenbook S UX391UA 

zenbook s

Hal lain yang gak kalah keren, ZenBook S UX391UA dilengkapi juga dengan sensor sidik jari pada touchpad-nya. Sehingga laptop akan terasa semakin personal karena hanya diri sendiri yang mampu mengakses dengan cepat tanpa perlu kombinasi kata sandi yang ribet.

ZenBook S UX391UA ini hadir dengan dua varian warna yaitu Deep Dive Blue dan Rose Gold, di samping itu ZenBook S juga dilengkapi dengan lampu latar keyboar dan LED berwarna keemasan yang tidak hanya memberi kesan menawan, tapi juga mewah dan stylish

Kalau partenr jalannya macam ZenBook S UX391UA begini, sudah pasti tawaran untuk meliput Festival Teluk Semaka di Tanggamus atau Festival Pahawang di Pesawaran gak perlu mikir-mikir lagi. Dan, walaupun jadwal liburan dan deadline bertabrakan gak akan ada kekhawatiran, kan si partner kerja bisa diajakin ke mana-mana tanpa rewel. Mau liburan ke ujung dunia juga pasti fine-fine aja.

Nah berikut video mengenai standar test ZenBook S. Mari simak.


Rencanaku tahun 2019 sih mau berlibur ke Kawah Ijen dan Taman Nasional Baluran di Banyuwangi sana. Sekaligus mengunjungi kampung halamannya simbok di daerah Kediri. Mumpung ke daerah timur Pulau Jawa kan. Kapan lagi bisa ke sana. Nah kalau kamu gimana niat liburan ke mana? 

Pastikan produktifitas tetap terjaga ya. Dan jangan lupa bawa partner hidup, okey!

2019 pakai zenbook
Souvenir berupa notebook dari Festival Way Kambas 2018




Salam sayang,
Mantuidaman.com


7 komentar

  1. Mantul! ulasannya lengkap sekali. Harganya cukup bikin tahan napas, tapi emang sodara sodaranya asus ROG ini bikin mupeng dah

    BalasHapus
  2. Ini mah cocok banget pah untuk mu, si Multitasker garis keras. Asle #2019_ganti_laptop 😂.
    Bisa bikin tenang kalo Partner kerja yang begini. Nggak bikin spot jantung kaya yang sekarang. Nggak repot nyari colokan, nggak usah was-was kalo jalan-jalan.
    Tapi aku tuh suka mikir loh kenapa gajah nggak nyusuin anak nya ya, secara dia kan mama-lia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yoi bener banget, idaman kan buat mantuidaman wkwkw. Kalo kamu gimana dit, dambaannya letop yg gimana, si mahasweetwa syuper syibuk?

      Lha kamu dulu gimana, nyusu enggak? Gajah kok nanya gajah eehhh

      Hapus
  3. Sangat lengkap banget ini mah ulasannya. Fix! #2019GantiZenbook!!!!!

    BalasHapus
  4. Memang, Mbak. Sebagai freelance, kita harus siap dengan segala sikon. Soalnya kalo job ditolak, sayang juga. Tapi saya lebih memilih bersusah payah dulu mengerjakan sebelum liburan. karena menurut saya sesuai pengalaman, lburan itu harus dinikmati. Jadi bye..bye dulu laptop saat ngebolang hehehe.

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkunjung. Silakan Berkomentar agar saya dapat mengunjungi balik blog kamu. Mohon maaf jika mendapati komentar dimoderasi, mengingat maraknya spam yang nganu.