Menikmati Wisata Lampung yang Masih Alami, Tanpa Kendala Transportasi

wisata-lampung

Sektor pariwisata di Provinsi Lampung sempat mengalami mati suri akibat bencana tsunami Selat Sunda yang terjadi pada akhir tahun 2018 silam. Sektor wisata pantai dan laut yang paling merasakan imbasnya, karena penurunan drastis kunjungan wisatawan.

Kendati demikian, data dari Dinas Pariwisata Provinsi Lampung merilis kunjungan wisatawan nusantara pada tahun 2018 tetap mengalami peningkatan sebanyak 17,07% dibandingkan tahun 2017. Bahkan per-bulan januari hingga juni 2019 sudah ada sekitar 4,5 wisatawan yang menginjakkan kaki di bumi ruwai jurai.

Kunjungan wisata tersebut,terbagi menjadi jalur darat (via stasiun Tanjung Karang), jalur udara (via Bandara Raden Inten II) dan laut (via pelabuhan Bakauheni). BPS Provinsi Lampung merilis, transportasi Kapal Ferry merupakan moda angkutan terbesar yang digunakan, hingga februari 2019 lalu yaitu 37,48% dari keseluruhan moda transportasi yang ada.

Bandara Udara Raden Inten II, Lampung

Kabar baiknya lagi, Bandara Raden Inten II yang telah diresmikan oleh Presiden RI menjadi bandara internasioal sejak 8 maret 2019 lalu, mulai melayani penerbangan internasional per-tanggal 30 oktober 2019 nanti.

Menuju Lokasi Wisata Pesisir Barat

Bagi saya pribadi explore wisata alam di Lampung belum lengkap jika belum mengunjungi pantai-pantai serta Pulau Pisang di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung. Surganya ombak bagi pecinta olahraga surfing, pantai-pantai yang masih asri dan alami, kuliner laut yang melimpah-ruah, hingga kawanan lumba-lumba yang rutin melitas di laut lepas yang menghadap Samudra Hindia. Pokonya Pulau Dewatanya Lampung, di sini tempatnya. 

Dermaga Pulau Pisang, Pesisir Barat

Perjalanan ke Pesisir Barat dari kota Bandar Lampung ke Krui (Ibukota Pesisir Barat) harus menempuh delapan hingga sepuluh jam perjalanan darat. Lebih lama dan lebih melelahkan ketimbang perjalanan Lampung-Jakarta. Tapi, itu dulu. Sejak lima tahun belakangan, moda transportasi di sebagian besar wilayah lampung semakin berkembang dan bervariatif.

Rute tercepat melalui Bandara Raden Inten II-Taufik Kemas dengan maskapai Wings Air dengan durasi 40 menit dengan frekuensi sekali penerbangan PP sejak juni 2019. Pilihan lain bisa menggunakan Bus Trans Lampung rute Bandara Raden Inten II-Krui yang melintasi jalur Lintas Barat Sumatra dengan dukungan prasarana berupa jalan yang dalam kondisi baik.

Perjalanan akan semakin menantang dan amat menyenangkan karena membelah lebatnya rimba Taman Nasinal Bukit Barisan Selatan yang terbentang dari kabupaten Tanggamus, Lampung Barat hingga Pesisir Barat.
 
Dengan berkembangnya sarana serta prasarana penunjang mobilisasi wisatawan lima tahun terakhir ini, tutur memeriahkan Festival Teluk stabas yang rutin digelar pertengahan april dengan suguhan parade budaya suku Lampung Pesisir yang kental hingga kegiatan 1001 ngunduh damar bukanlah hal yang mustahil.

Bahkan, agenda kompetisi surfing tingkat internasional yang bekerjasama dengan World Surf League (WSL) dan Asian Competition (ASC) bertajuk Krui Pro rutin digelar tiap tahunnya di Pantai Tanjung Setia yang memiliki titik surfing panjang dan indah. Tentu hal yang amat mustahil untuk peselancar profesional dari berbagai belahan dunia untuk datang jika tidak ada dukungan transportasi unggul.

Kalau kunjungan wisatawan terus meledak seiring dengan sarana dan prasarana yang mumpunu dengan cepat ekonomi penduduk lokal akan terus naik, mulai dari penjualan tiket wisata, homestay-homestas, pusat kerajinan tradisional, kuliner laut yang khas hingga pusat oleh-oleh akan semakin diminati oleh wisatawan.

Jika mengenang momen-momen 10 tahun silam, di mana dari Jakarta ke Lampung butuh waktu menyebrang kapal selama 3-5 jam, saat ini dengan diresmikannya Dermaga Eksekutif bakauheni, hanya butuh satu jam perjalanan saja menyebrangi Selat Sunda. Perjalanan semakin singkat lagi dengan melalui JTTS (Jalan Tol Trans Sumatra) yang dapat memangkas waktu hingga 1,5 jam untuk mecapai Kota Bandar Lampung.

Sebagai warga asli Lampung, saya merasakan sendiri, sebelum Bandara Raden Inten II direnovasi untuk persiapan kelas internasional, betapa naik pesawat ke Jawa Timur amat melelahkan. Harus terbang ke Bamdara Soekarno Hatta durasi satu jam dan durasi transit 4-7 jam untuk menunggu jadwal penerbangan ke Bandara Juanda, Surabaya. Tapi sekarang, sudah ada rute terbang Raden Inten II-Juanda yang hanya berdurasi 1,5 jam saja. 
 
Dulu, membawakan oleh-oleh pempek  atau bakso ikan khas Lampung kepada saudara di jakarta terasa amat mustahil karena makanan basah dan tidak tahan lama. Tapi sejak lima tahun terakhir, setelah alat transportasi baik darat, laut maupun udara beserta prasarana pendukung yang mumpuni, saudara saya di Jakarta yang rindu Pempek 123 cukup saya kirimkan frozen-nya saja melalui titipan kilat ekspedisi tanpa khawatir basi.

Jika pada tahun 2018 target 13,9 juta hanya tercapai 12,7 juta karena kendala bencana alam. Saya yakin target kunjungan wisata 14,8 juta tahun 2019 akan tercapai bahkan bisa melampaui angka tersebut, mengingat sarana dan prasarana transportasi yang tahun ini semakin variatif dan lambat-laun semakin sempurna.


Salam sayang,
Mantuidaman

Tidak ada komentar

Terimakasih sudah berkunjung. Silakan Berkomentar agar saya dapat mengunjungi balik blog kamu. Mohon maaf jika mendapati komentar dimoderasi, mengingat maraknya spam yang nganu.