“Jangan
ngambil jurusan sastra, itu masa depaannya gak jelas. Ambil keguruan aja, nanti
lulus daftar CPNS!”
“Itu kamu
anak perempuan, rambutnya diwarna-warna gak jelas, pakai celana jeans
robek-robek. Urakan bener. Udah kayak perempuan gak bener aja!”
“Jaman Ibu dulu, yang namanya anak
itu sudah pasti nurut sama orang tuanya. Gak ada yang berani membantah omongan
orang tua. Lha kamu!”
Pernah gak kalian dengar atau mendapati omongan-omongan begitu? Atau
jangan-jangan malah kalian yang sering ngasih wejangan serupa? *wadaw!! Ini
pembaca blog saya orang tua jaman now
nih :D
.
.
Pernah gak sih kepikiran, ‘Apa ya, yang remaja-remaja jaman now pikirkan ketika dijejali stigma-stigma serupa?’.
Bocah-bocah bau kencur itu pasti punya dong pemikiran sendiri tentang
masa depan. Keinginan untuk masa depannya kelak. Terlepas itu benar atau salah.
.
.
Kita kini memasuki era modern. Di mana tidak hanya teknologi yang
berkembang pesat. Tetapi juga manusia-manusia yang berkecimpung di dalamnya.
Ikut berpikir lebih maju. Tak terkecuali remaja.
Percaya atau tidak percaya. Siap atau tidak siap. Suka atau tidak suka.
Kita hidup pada era di mana anak-anak remaja tidak lagi bercita-cita menjadi
guru, polisi, tentara, atau dokter. Banyak di antara mereka yang lebih memilih
menjadi youtuber terkenal, freelancer, traveller dan pekerjaan aneh-aneh yang
lain yang dirasa gak menjanjikan.
Salah satu adegan di film My Generation
Iya sih, orang tua tentu ingin yang terbaik untuk anaknya. Ingin anaknya
kelak menjadi orang sukses. Ingin membimbing anaknya hingga mapan dalam segala
hal. Saya yakin banget nih gak ada orang tua yang berniat jahat atau berniat
menjerumuskan anaknya. Tapikan definisi suskes sendiri itu kan terlalu umum ya.
Pernah gak sih (sebagai orang tua) berfikir, apakah yang kalian kehendaki itu
sesuai dengan kehendak si anak?
.
.
Atau... malah bimbingan—yang paling baik dan paling bener—menurut orang
tua justru membuat anak tidak bergairah untuk menjalani hidup. Terlalu
mengekang, menyakiti, membatasi, bahkan lebih ekstrem, mematikan kreatifitas
dan jati diri sang anak sendiri.
.
.
Sutradara Upi coba mengangkat kisah remaja milenia dengan segala
problematikanya yang kompleks dan menarik. Setelah sukses dengan film Realita
Cinta Rock & Roll, 30 Hari Mencari Cinta dan My Stupid Boss. IFI Sinema
bersama Mbak upi akhirnya meluncurkan film terbarunya My Generation. Dengan
menyoroti realita kehidupan generasi milenia lebih dekat, selayaknya potret
kehidupan mereka yang nyata sehingga dapat menjadi catatan untuk para orangtua
dalam memahami karakter mereka yang tentu berbeda jauh dengan remaja jaman dulu.
.
.
Cerita bermula dari empat orang remaja SMU yang membuat video memprotes
orang tua, sekolah dan guru menjadi viral di sekolah. Berujung pada hukuman
yang membuat mereka tidak boleh pergi liburan. Tapi bukan Suki, Konji, Zeke dan
Orly namanya kalau hidupnya lempeng-lempeng aja. Sebab mereka terlalu hitz untuk pasrah sembari mengutuk
keadaan, atau membuat orang-orang yang menjadi dalang dibalik hukuman mereka
puas.
Kelakuan remaja model now
Liburan sekolah yang tidak istimewa justru menjadi tiket yang
menghantarkan empat remaja itu pada kejadian dan petualangan yang sarat akan
pelajaran hidup. Petualangan seru seperti apa ya kira-kira?
.
.
Ada Orly (Alexandra Kosasle) tipikal gadis remaja unik, yang
memiliki prinsip hidup namun kritis. Orly ini sebenarnya pintar, sayangnya dia
sedang dalam masa pembrontakan ala-ala remaja yang lagi mekar-mekarnya. Dia
sedang berusaha menghancurkan label-label negatif yang sering diberikan pada anak
perempuan salah satunya tentang keperawanan. Sifat Orly tentu tak lepas dari
kelakuan ibunya yang single parent tapi doyan pacaran sama berondong. Yang
tentu kita sependapat dengan Orly kalau gaya hidup ibunya tidak sesuai dengan
usianya.
Zeke yang diperankan oleh (Bryan Langelo), siapa sangka kalau remaja yang sangat loyal dan easy going di antara teman-temannya ini sesungguhnya menyimpan masalah yang sangat besar dan juga luka yang amat dalam. Terputusnya komunikasi antara dirinya dan orangtua membuat Zeke merasa menjadi anak yang tidak diinginkan dan tidak dicintai oleh kedua orangtuanya. Demi menyembuhkan luka itu Zeke harus berani mengkonfrontasi orang tuanya. Sanggupkah Zeke melakukan itu?
Sebagai remaja perempuan Suki (Lutesha), lebih stay cool. Paling kalem di antara ketiga sahabatnya. Sayangnya Suki sedang mengalami krisis kepercayaan diri, yang disembuyikan rapat dari siapapun. Prilaku Suki ini tidak lepas dari pikiran dan stigma negatif dari orang tuanya sendiri. Hayo siapa yang merasa punya krisi percaya diri macam Suki?
Berbeda dengan ketiga temannya yang eksentrik, Konji (Arya Vasco) merupakan pemuda yang paling polos dan naif. Dibalik kenaifannya Konji sedang mengalami dilema masa remaja yang hebat. Ia merasa orang tuanya terlalu kolot dan terlampau protektif padanya. Hingga terjadi sebuah peristiwa yang membuatnya balik mempertanyakan moralitas orang tuanya yang justru kontra dengan peraturan dan tuntutan padanya.
Jika diperhatikan nama-nama pemeran utamanya terdengar asing. Sebab film ini memang sengaja menghadirkan pemeran yang baru dan fresh untuk memberikan wajah baru dan sesuai dengan karakter remaja millenials yang diangkat. Apalagi ditambah dengan kehadiran para aktor senior seperti Ira Wibowo, Surya Saputra, Tyo Pakusadewo, Joko Anwar, Indah Kalalo, Karina Suwandhi dan Aida Nurmala. Wah bikin gak sabar pingin lihat perpaduan akting mereka!
.
Film My Generation ini hadir tidak hanya untuk mengedukasi para remaja
jaman now, tapi juga orang tua agar
lebih peka. Secara tidak langsung film ini mengajak kita untuk bercermin dengan
kesadaran dan kejujuran yang sejujur-jujurnya. Mengenai kelebihan dan
kekurangan diri. Baik yang telah menjadi orang tua maupun calon orang tua. Untuk
kemudian dievaluasi dari segi sikap dan prilaku. Simplenya gak usah deh ribet
mikirin moralitas bangsa jaman now
kalau moralitas diri sendiri saja masih mengenaskan.
Mbak Upi sendiri telah melakukan riset intensif melalui social media listening selama dua tahun sebelum membuat film ini yang pengerjaannya memakan waktu setahun lamanya. Maka tidak heran kalau di dalam filmnya akan ditemui dialog ala percakapan anak milleniais bangeddd.
.
Bener gak
sih kalau sebenernya anak generasi milenia ini moralitasnya menurun, terus
intoleransi, susah diatur. Atau sebab karena orang tua dan ligkungannya saja
yang terlanjur memberikan label negatif, menghakimi dan selalu membanding
bandingkan, sehingga mereka menjadi seperti itu!
.
.
Yuk, jangan lewatkan Film My Generation yang akan tayang di
bioskop 9 November 2017 mendatang. Jangan lupa ajak anak/ adik/ sepupu/
keponakan/ saudara buat nobar. Biar saru eh, seru!
End of this post,
“Remaja. Bantu mereka mengepakkan sayapnya. Beri nutrisi untuk pertumbuhan sayapnya. Biarkan mereka tahu waktu siang dan malam. Biarkan mereka memahami siklus hujan dan panas. Dengan cara mereka. Dan jika waktunya tiba relakan ia melepaskan pijakan untuk terbang perdana. Ia pasti akan jatu, sayapnya pasti akan tergelincir. Sebab dengan itu mereka tahu cara terbang yang baik. Sebab dengan itu dia belajar merasakan arah angin yang akan mengangkat sayapnya membumbung tinggi.”
Bandarlampung, 17 Oktober 2017
Aku malah jadi penasaran tuh sama film My Generation. Belum pernah nonton soalnya..he
BalasHapusMenurutku sih kalau terlalu membatasi kurang baik juga. Karena anak perlu berimajinasi sendiri. Terlebih dengan keinginan kedepannya, termasuk cita-cita. Itu hak anak, orang tua perlu mendukung dan mendoakan tentunya..
Aku pribadi gak kayak si suki tuh, tapi kalau aku sama kayak suki pasti aku ceritain, terutama sama ortu.. hehe
Baru ngeh, ternyata ini para pemainnya asing ya, pantesan baru dengar dan lihat. Tapi justru lebih penasaran.. Kebetulan udah lama blm lihat film, bisa kali ya ini aku jadikan buat tontonan..
Aku lihat trailernya malah makin penasaran, terutama sama perpaduan aktingnya..
iya kak, memang belum tayang di bioskop hihi.
Hapushayulah jangan lupa saksikan di boskop tanggal 9 oktober nanti. biar rasa penasarannya terbayarkan
suka dengan paragraf terakhir
BalasHapusterimakasih mbak :)
HapusSEPAKAT ""Film My Generation ini hadir tidak hanya untuk mengedukasi para remaja jaman now, tapi juga orang tua agar lebih peka. Secara tidak langsung film ini mengajak kita untuk bercermin dengan kesadaran dan kejujuran yang sejujur-jujurnya."
BalasHapusayo disimak bareng2 keluarga
mari bang Ginting, jangan sampai terlewat hihi
Hapusgenerasi milenial itu memang menarik, dari semua trobosan dan pikiran yang "gunain teknologi" banget, film my generation ini sepertinya benar2 merepresentasikan aktivitas dan keresahan anak-anak milenial. Untuk mengedukasi remaja zaman now juga tentunya, agar tidak jadi hiburan semata.
BalasHapuskarena film yang mengangkat kisah remaja tempo dulu itu sudah biasa.
HapusHai latifah, kita sama namanya hihi
BalasHapusAku setuju nih, film ini bukan cuma buat remaja, ada baiknya ortu juga nonton, biar semakin erat hubungannya :)
hai mbak, hihi iya nih sama. bisa gitu ya.
Hapusiya justru nonton sambil didampingi orang tua lebih baik
Zaman ane dulu, orangtua pilih sekolah perbank biar dpt kerjaan. Padahal belum tentu passion si anak.
BalasHapusmungkin itu passion orangtua yang tertunda Pok hehe
HapusWkwk.. jadi PNS aja, skarang memang orang tua pingin anaknya jadi PNS.
BalasHapusDilihat dari trailernya seru.
Gak sabar pingin nonton langsung di Bioskop film my generation. Seru kyaknya nonton rame-rame ya kak.
tercium bau-bau semacam anak yang diharapkan jadi PNS dari ortu nih :D
HapusRemaja jaman now kisahnya aneh2... Gak kebayang deh. Dulu jaman saya masih gadis, gak gitu2 amit. Hihi
BalasHapussebenernya menurutku sama aja sih mbak, cuma bedanya jaman dulu remaja hidupnya gak ke ekspose, sebab teknologi belum semaju sekarang
HapusWaduh, orangtua sekarang pengen anaknya jadi PNS dan btw aku sedang ada di dalam pendidikan yang menyiapkan mahasiswanya menjadi PNS, hehe. Tapi emang sih, generasi sekarang punya cara untuk menjadi sukses. Bahkan di tempat pendidikanku yang notabenenya berisi anak yang kebanyakan diharapkan menjadi PNS oleh orangtuanya melakukan hal-hal di luar kerjaan kantor, menjadi creator content video, musik, tulisan, penari, dan hal-hal lain yang tidak terpikir oleh orangtua :)
BalasHapusiya memang generasi sekarang berbeda dengan generasi orangtua kita dulu. modal kreatif aja bisa jadi uang. pendidikan bukan segala-galanya. yang bergelar sarjana saja gak menjamin kesuksesan. tinggal bagaimana kitanya.
HapusOrang tua tentunya nggak akan ngarahin anaknya ke hal yang buruk, jadi PNS mungkin salah satu tujuan mereka suapaya hidup anaknya di masa depan menjadi lebih terjamin, tapi sebagai anak kalau pengen explore dan jadi apa yang dia mau sendiri harus bisa membuktikan ke orang tua kalao pilihannya sudah benar, btw film ini kekinian banget mengangkat problematika jaman now.
BalasHapusiya kak, mendengarkan apa yang anaknya inginkan juga kan tidak salah. mungkin nanti kalau tidak sesuai barulah peran orangtua berjalan, namanya juga masih anak kan benar salahnya masih belum berpikir panjang
Hapusbiar anak nyaman dengan kehidupannya, orang tua kayaknya kudu rajin ngajak bicara ya. kebetulan saya dibebasin mengambil pilihan pas sekolah sampai kuliah. hidup happy dan hubungan dengan orang tua bagaikan kepompong
BalasHapusiya benar itu kak, bebas selama bertanggung jawab
Hapus