Vengeance
in Death
(Pembalasan dalam Kematian) — J.D. Robb
Pembalasan ada di dalam hatiku,
kematian ada di tanganku.--Shakespear
Saya
mendapatkan buku ini dari sebuah bazar buku entah tahun kapan, saya lupa. Sebab
sudah lama banget, buku ini gak kunjung saya baca. Ya, inilah tujuan utama saya
membuat resolusi satu ini. Buku-buku yang sudah terlanjur di tangan, setidaknya
terbaca.
Saya
menargetkan setidaknya ada empat buku yang harus dibaca dalam sebulan. Januari
belum berakhir dan saya sudah sampai di buku ke tujuh. Tidak terlalu buruk,
sebab saya memang enggak ada kerjaan libur semester ini. Selain beres-beres
rumah, ke pasar, nyiapin makan, menjaga ibu dan setiap akhir pekan menjelma
menjadi ojek antar-jemput adik ke asrama
J.
J.
Kala
itu saya membeli dua buah buku serupa satunya berjudul ‘Loyality in Death (Loyalitas dalam Kematian)’—semuanya bertema death—yang sudah saya baca bulan lalu.
Setidaknya ada empat buku serupa yang pernah saya lihat di Gramedia. Semuanya
karya J.D. Robb. Saya jadi menyesal dulu—pas bazar—tidak membeli seri
lengkapnya. Sekarang harganya sudah kembali melambung empat kali lipat. Kan
kampret!
Jika
diperhatikan, belakangan memang saya lagi seneng-senengnya membaca novel
detektif. Entah bagaimana, saya yang aslinya pecinta genre roman bisa sangat menikmati adegan bunuh-bunuhan yang berdarah-darah.
Cukup psikopat.
***
Dalam
novel ini, tokohnya tentu masih sama dengan sebelumnya—yang sudah saya baca.
Meskipun jalan cerita keduanya tidak saling berkaitan. Ada Letnan Eve Dallas
yang cerdik, galak dan gigih. Tipikal polisi wanita barat yang sering
digambarkan di film-film. Tak luput officer-nya
Delia Peabody dan detektif dari DDE, McNabb yang selalu setia membantunya
memecahkan kasus demi kasus. Juga Roarke, suami Eve. Catat, dia tokoh favorit
saya.
Betapa
tidak, pria yang selalu digambarkan harum, stylish,
ganteng, kekinian, romantis, baik, dermawan, pintar dan tajir. Benar-benar
tipikal lelaki bojoable yang hampir tidak nyata ada di belahan bumi manapun
(hahaha). Saya envy abis sama si
Letnan, punya suami kece badai. Roarke yang dulunya—pas kecil—miskin, pencopet
di daerah Dublin yang kumuh, menjelma menjadi pengusaha maha tajir yang hobi hacking dan sadap-menyadap. Propertinya
sangat banyak di Kota New York, terutama. Bahkan dia sendiri enggak hafal satu
persatu perusahaan miliknya.
Kasus
yang akan ditangani Letnan Dallas berangkat dari daerah masa kecil suaminya.
Korban pertama dibunuh dan dimutilasi dengan sadis di sebuah apartmen mewah di
sudut kota New York. Tidak ada jejak pembunuh di TKP. Baik jejak kaki, sidik
jari atau semacamnya. Si penjahat
melakukan aksinya dengan sangat rapih dan sadis. Mencongkel mata korban,
mengeluarkan isi perutnya, memotong lengannya dan lain sebagainya. Nyaris semua
korbannya mengalami siksaan yang luar biasa sebelum maut akhirnya mejemput.
Si
pembunuh selalu menghubungi Eve dan memberi semacam teka-teki agar ia
menemukannya, beberapa saat sebelum beraksi. Meski Dallas selalu berhasil
memecahkan teka-tekinya, tapi ia selalu terlambat. Si pembunuh sudah selesai
dengan misinya.
Korban
selanjutnya dibantai di salah satu rumah mewah Roarke. Bahkan ada korban yang
mantan kekasih Roarke saat ia masih tinggal di Dublin. Semua korban adalah
teman masa lalu Roarke. Khas si pembunuh yaitu meninggalkan patung Bunda Maria
(simbol kesucian) yang menghadap mayat korban dan liontin shamrock (simbol keberuntungan).
Situasi
semakin rumit ketika semua petunjuk dan hasil penyidikan mengarah pada
Sumerset, asisten rumah tangga di rumah Roarke. Merangkap sebagai orang
kepercayaan dan kerabat terdekat suami Eve. Satu hal yang pasti, Sumerset juga
berasal dari Dublin dan memili anak gadis yang pernah mati
mengenaskan—diperkosa dan dibunuh secara sadis—saat masih tinggal di Dublin.
Lalu siapakah sebenarnya pelaku pembunuhan yang berhubungan dengan masa lalu
Roarke itu?
Letnan
Eve harus bergerak cepat dan tepat jika ingin menyelamatkan korban-korban selanjutnya.
Ia sadar jika incaran utama si pembunuh sebenarnya adalah suaminya.
***
Sebenernya
postingan-postingan macem ini bukan review
atau sejenisnya. Hanya semacam laporan perkembangan bacaan saya. Sengaja saya
posting di blog, biar ini blog keliatan ada yang punya. Itu aja sih. Saya
ngerasa postingan macem ini setingkat lebih keren ketimbang postingan
ngegalauin mantan yang kenyataannya udah move
on (ngahaha). Jadi maaf aja kalau deskripsinya cendrung subjektif,
sesuka-suka saya, gak lengkap bahkan gak jelas. Sebab saya hanya menuliskan apa
yang saya ingat dan ingin saya tulis selepas membaca.
Sekian,
bye~ bye~
*Done read 07 of 60 books must read in 2016
Tanggamus,
23 Januari 2016
Sadis banget itu bacaanya..tapi gak papa sih dr pada postingan galauin mantan
BalasHapusyap, betul banget. tapi, harum-harumnya berpengalamn nih :D
HapusProgres membacanya keren ya latifah. Jadi iri Pangeran. Serius aja, sebulan aja udah 7 buku. GImana bulan selanjutnya. "Kamu keren latifah." :)
BalasHapusOW.. jadi ini cerita bukunya kek detektif gitulah ya.
thanks pangeran, ini sih mumpung aja sebenernya. mungmung mood lagi bagus-bagusnya
Hapus