Malam Perumusan Naskah Deklarasi Warganet (Netizen) MPR

gathering netizen MPR

Saya jadi peserta urutan ketiga terakhir yang datang registrasi petang itu. Harus diingat, kala itu 7 Desember 2018, selang sehari dengan tanggal lahirku. Maka sah saja kalau undangan acara Deklarasi Warganet (Netizen) MPR ini saya anggap sebagai kado ulangtahun dan momen penutup tahun termanis di 2018.   

Menyimpan secarik kucel boarding pass di balik hardcase ponsel adalah prestasi, mengingat saya tipikal gadis cuek yang mudah sekali melupakan hal-hal kecil dan detail. Namun bukan Latifah namanya kalau enggak ada hal yang luput. 

Boarding pass boleh ingat, tapi fotokopi KTP teteup lupa haha. Padahal sedari siang Novi sudah berulang kali mengingatkan supaya saya memfotokopi si KTP terlebih dahulu. “Ya, mau bagaimana lagi. Namanya juga lupa. Lupa kan gak ingat!”

Maka bergeraklah saya menuju semacam office Hotel Sultan untuk minta difotokopikan sembari menenteng ransel imut dan tas kamera tercinta. Ngomong-ngomong dua tas ini harta yang paling berharga saya selama di Jakarta, selain keluarga.

“Tunggu sebentar ya Bu. Saya lagi print. Seratus lembar lagi.” Ucap si Bapak yang berdiri di balik mesin printing. Tersenyum ramah.

Saya mengangguk, membalas dengan seulas senyum. Suasana hati saya lagi baik. Dan seragam si bapak mengingatkan saya pada tokoh-tokoh di film favorit, The Great Budapest Hotel. 

Roomate-ku Bibi Titi Teliti!


Selepas menerima kunci dan rundown untuk dua hari ke depan, pinginnya sih segera naik ke lantai 4, masuk ke kamar, showeran di bawah air anget, kemudian merem manja di atas kasur hotel yang menawan. PINGINNYA! 

Tapi realitanya, lepas adzan magrib berkumandang saya baru bisa benar-benar beranjak ke lantai 4. Artinya hanya ada waktu kurang dari satu jam untuk saya bersiap dan rehat tipis-tipis sebelum acara pembukaan. Ini acaranya yang kecepetan, atau saya yang registrasi kemepetan sih! 

Saya menarik gagang pintu kamar dengan perasaan yang biasa saja. Sebab dari awal udah dispoiler Novi kalau roomate-ku adalah Bibi Titi Teliti, blogger cantik asal Bandung. Di jalan juga saya udah sempat stalker dikit hehe.

Mba Erri sempat mengungkapkan rasa khawatirnya selepas kami berkenalan, sebab si blogger Lampung ini hingga sore menjelang gak kunjung tampak batang hidungnya. “Monmaap ini Mba! Anu, tadi keasikan membelah kemacetan ibukota. Haha”

gathering netizen MPR

Melihat Mba Erri yang udah siap 86, saya sontak gusar. Apalagi ditambah ekspresi sangsinya saat tahu ikhwal niatku untuk mandi dulu. “Ini acara dimulai setengah 7 lho. Dimajuin.”

Saya mendadak pingin nangis kenceng! Niat untuk rebahan demi meluruskan punggung pupus sudah. Dengan tempo waktu setara kecepatan cahaya saya mandi, ganti dan bersiap.

Unforgetable Moment, Malam Pembukaan Deklarasi Warganet (Netizen) MPR

Time go so fast teman! Tiba-tiba saja saya udah di ballroom. Menikmati makan malam sembari bertukar sapa dengan teman-teman blogger yang ada. 44 orang perwakilan dari 11 provinsi yang berbeda, dan gak ada satupun yang saya kenal secara personal, kecuali saling sapa di media sosial saja selama ini. 

Tapi hal yang harus dicatat, kami ini netizen, kalau sudah dalam satu wadah tentu sudah gak kenal lagi dengan istilah canggung. Membawa pada malam pembukaan dan perkenalan itu terasa amat hangat dan menyenangkan.

Saya yang sudah badmood karena sudah lelah, jadi kembali bersemangat. Entah suntikan energi positif dari mana. Ternyata lingkungan emang benar-benar memengaruhi perasaan dan jiwa seseorang. Ajaib banget! 

Satu persatu saya mulai menghafalkan wajah dan namanya. Hal terberat bagi saya tiap ada di tengah orang-orang baru. Selain lemah dalam menghafalkan rute jalan, saya juga parah kalau perihal menghafal nama orang.

Biasanya ini saya siasati dengan segera menyimpan kontaknya, lengkap dengan daerah asal. Nah hal ini sangat membantu sekali lho untuk saya mengingat nama-nama orang yang baru kenal.

Acara pembukaan dipandu oleh Mba Mira dan Mba Liya sebagai perwakilan dari netizen Jakarta. Ibu Siti Fauziah, selaku Kepala Biro Humas MPR juga turut hadir malam itu. Sembari berkelakar serius si ibu konon pingin juga punya blog. Dan mengucapkan terimakasih atas kehadiran warganet-warganet kesayangan ini.     

Tak kenal, maka kenalan dulu dong!

kemudian Mas Andri, dari Humas MPR--yang entah gimana bisa mirip sekali dengan Samy Simorangkir—menjelaskan sedikit teknis acara untuk esok hari dan juga mengenalkan staf-staf MPR yang akan mendampingi kami selama acara dua hari ke depan. 

Pokoknya acara ini bukan acara formal yang serius dan nguras pikiran. Pokoknya ini acara kita, gathering Netizen MPR, kita akan have fun bareng-bareng sembari memaknai apa artinya perbedaan dalam balutan kehangatan keluarga. Apapun latar belakangnya, kita satu warganet yang cinta NKRI.

Sebagai wujud aksi nyata kami selaku perwakilan warganet yang hadir, dengan dibagi beberapa kelompok kami mulai berdiskusi merumuskan naskah deklarasi yang akan diserahkan kepada Bapak Maruf Cahyono selaku sekjen MPR esoknya.

gathering netizen MPR
Kami, kelompok 4 sedang berdiskusi terkait naskah deklarasi. Jangan autofokus ke lirikan maut saya yha!
Sumber: WAG Netizen MPR

Ya, memang kegiatan ini masih berkolerasi dengan sosialisasi 4 pilar kebangsaan yang gencar diadakan oleh MPR RI, kami selaku warganet diharapkan bisa turut berperan aktif membantu tugas MPR utamanya dalam berinternet dan berinteraksi di dunia maya secara positif.

Penyerahan Naskah Deklarasi Netizen MPR


Mengingat malam yang semakin beranjak, maka diskusi tidak berlagsung lama. Masing-masing kelompok diskusi menyerahkan poin-poin ide deklarasi untuk kami bahas dan pilah-pilah satu persatu. 

Hingga akhirnya diskusi malam itu mengerucut pada empat poin kesimpulan yang sudah kami sepakati untuk diserahkan dan dideklarasikan esok di gedung MPR RI bersama-sama. Empat poin ini diambil agar selaras dengan 4 pilar kebangsaan tentu saja.



Penyerahan naskah deklarasi adalah pertanda ilahi bahwa acara malam ini sudah berakhir. Alhamdulillah, saya seketika bernapas lega. Harapan untuk segera rebahan akan terlaksana. Ini kaki rasanya seperti tidak napak ke lantai. Badan udah berasa melayang saking lelah dan kurang tidur. 

Seringnya kalau terlampau lelah begini saya malah akan terjaga sepanjang malam. Tapi ternyata kehawatiran itu tidak terjadi. Di sisi bed Mba Erri saya bisa tidur dengan pulasnya. Sampai lupa mengajak beliau sekadar pillow talk. “Monmaap lagi ya Mba.” Tapi ini bagus juga sih, jadi kami berdua bisa punya kualias tidur yang oke, untuk bersiap menyambut serangkaian kegiatan esok hari. 

Empat Blogger Perwakilan Netizen MPR dari Lampung


Setiap provinsi diwakilkan oleh 4 orang, terdiri dari 2 perempuan dan 2 laki-laki. Nah beruntung sekali aku, novi, wawan dan Bang Yan bisa ada di tengah teman-teman penggiat sosial media yang keren-keren ini. Bertatap muka dan mengobrol secara langsung. Biasanya saya cuma lihat Mba Mira Sahid dari postingan blognya doang, malam itu bisa selfie bareng hehe.

Saya juga gak nyangka sih bisa ada di acara gathering netizen ini. Awalnya pas Ummi Naqi menawarkan di WAG anggota Tapis Blogger, ya saya bismillah aja. Apalah daku yang Cuma blogger moody-an ini. Terkenal di kalangan keluarga dan teman sepermainan aja haha.

gathering netizen MPR
Netizen (MPR) dari Lampung ini kurang satu personil, sebab Bang Yan sudah terkapar di kamarnya

Konon, kita berangsur-angsur menjadi keren ketika lingkup pergaulan kita merambah ke orang-orang yang kita anggap keren. Jadi, dengan agak sombong saya pingin bilang kalau bersama teman-teman netizen MPR saya keren! Yeay!

Nah, lalu apa saja 4 poin deklarasi warganet (netizen) MPR di Hotel Sultan malam itu? Nantikan kelanjutan cerita di Mantuidaman Blog selanjutnya yaaa….


gathering netizen MPR
Salam Pancasila dari Warganet (Netizen) MPR 2018!




Salam sayang,

  
     
       

Tidak ada komentar

Terimakasih sudah berkunjung. Silakan Berkomentar agar saya dapat mengunjungi balik blog kamu. Mohon maaf jika mendapati komentar dimoderasi, mengingat maraknya spam yang nganu.