3 Alasan Kenapa Harus Jadi Bagian dari JaWAra Internet Sehat Lampung

 

Jawara internet sehat lampung

Meski mengenakan kaus panjang berbalut balazer putih, saya masih merasa kedinginan disambut temperatur AC Ruang Aula ITBA-DCC Lampung di Jalan Cut Nyak Dien No. 65, Durian Payung, Palapa, Bandar Lampung pagi itu, karena sebelumnya nekat menerjang gerimis dari Kedaton. 

Bertepatan dengan itu, Ibu Wakni Widiyastuti, Wakil Direktur 1 Bidang Akademik, mewakili Ibu Desti Nurdianti, S.S., M.Hum., Rektor ITBA-DCC mengucapkan selamat mengikuti workshop di kampusnya. 

Ia mengungkapkan harapan kepada para peserta agar momen Workshop JaWAra Internet Sehat Lampung itu bisa menjadi ajang silaturahim serta memperluas wawasan terkait literasi digital. 

Namun cuaca pagi itu begitu kelabu dan anomali, hujan turun sejak pagi buta, anehnya tidak sedikit pun melunturkan semangat saya untuk hadir. Ada semacam energi besar yang mendorong saya untuk bergerak menuju lokasi acara bertema Workshop Literasi Digital: Hoax Busting dan Literacy Privacy itu. 

Ya, saya membranding diri sebagai kreator digital, blogger adalah salah satu bagian dari kreator tersebut. Maka ketika ada sebuah wadah yang menaungi kami, saya selalu tertarik untuk bergabung di dalamnya. 

Jawara internet sehat lampung

Termasuk workshop yang diinisiasi oleh JaWAra Internet Sehat Lampung ini. Sebagai program hasil kerjasama ICT Watch dan WhatsApp dengan dukungan Kementerian Komunikasi dan Informatika, Relawan TIK Indonesia, Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, Pemerintah Daerah dan komunitas lokal. 

Semangat dan kapabilitasnya menginisiasi serta melaksanakan edukasi literasi digital di daerah patut diacungi jempol karena bisa menular kepada saya sebagai peserta. Saya senang ada di dalam forum orang-orang yang cakap digital seperti ini. 

 Maka, berikut 3 alasan kenapa saya merasa harus menjadi bagian dari JaWAra Internet Sehat Lampung:

1. Menangkal Hoaks dan Menjadi Inspirasi Melalui Konten yang Baik

Saya mengibaratkan arus informasi hoaks itu serupa arus air bah ketika banjir bandang melanda. Seberapa pun kita coba membendung atau menahan pasti tanggulnya akan jebol juga. Sekalipun kita bisa menambal atau membangun tanggul yang lebih kokoh, seiring berjalannya waktu akan terasa percuma. Hanya menghabiskan waktu, biaya dan tenanga. 

Ini sejalan dengan catatan yang dipaparkan oleh Aliy Hafiz, S.Kom., M.T.I., JaWAra Internet Sehat Lampung, pada Workshop Literasi Digital: Hoax Busting dan Literacy Privacy di Aula ITBA-DCC Kamis, 27 Oktober 2022 yang membuat saya manggut-manggut yakin. 

Bahwa pemerintah melalui Kominfo mencatat ada 10.202 hoaks pada periode Agustus 2018 hingga Juni 2022. Kategori hoaks kesehatan ada pada posisi teratas, disusul oleh hoaks pemerintahan dan hoaks penipuan. Banyak sekali bukan?

Alih-alih menangkal arus hoaks, lebih baik kita mencegah dengan ikuti arusnya namun dengan menyajikan konten yang unik, baik dan positif dengan harapan menginspirasi pengguna internet lain untuk memproduksi konten kreatif serupa. 

Jawara internet sehat lampung

Saya setuju dengan buah pikiran Muhammad Atta Saputra, S. Kom., Tenaga Ahli KOMINFOTIK Prov. Lampung, yang pagi itu turut hadir mewakili Ganjar Jationo, S.E, M.AP., Kadis KOMINFOTIK Prov Lampung, melalui sambutannya ia mencontohkan bagaimana menjaga privasi dengan mengerem gaya bersosial media. 

"Bahwa regulasi yang berjalan dan terus diperbarui oleh pemerintah yang berkaitan, diimbangi dengan gaya kita bersosial media. Menumbuhkan sedikit kesadaran untuk jaga privasi di media sosial mulai dari diri sendiri," jelasnya. 

Misalnya menumbuhkan kesadaran untuk tidak membagikan foto plat nomor polisi ketika membeli kendaraan baru, tidak mencantumkan nama lengkap ibu kandung di media sosial, tidak membagikan alamat tinggal yang lengkap semata demi menjaga privasi digital dari orang-orang jahat di internet.
 
Saya sangat setuju dengan beliau, bahwa dengan menjadi blogger maupun content creator kita bisa melakukan aksi nyata untuk membantu pemerintah dalam menangkal hoaks. Baik yang berjenis disinformasi, misinformasi, maupun malinformasi dengan menyajikan informasi yang benar di blog pribadi kita. 

Konten-konten positif dan informatif yang terarsip di rumah maya kita tersebut kelak akan menjadi asset digital yang menumbuhkan citra positif diri kita di masa depan. 

2. Momentum untuk Silaturahmi dan Berbagi dengan Sesama Creator Digital

Apapun niche blog yang kita geluti, blogger adalah bagian dari creator digital. Senang rasanya bisa berdiskusi, konsultasi, hingga berbagi dengan teman-teman yang memiliki hobi dan ketertarikan yang serupa. 

Kadang kesibukan kerja, aktivitas sehari-hari dan pembatasan sosial yang lalu membuat kita sulit untuk memperkuat tali silaturahmi. Kalau biasanya hanya bersua melalui WhatsApp grup saja, dengan momen workshop JaWAra Internet Sehat Lampung ini kita jadi bisa bertatap muka langsung bahkan swafoto bersama-sama. 

Jawara internet sehat lampung

Naqiyyah Syam, Founder Tapis Blogger Lampung dalam menyampaikan materi Kiat Sukses Menjadi Blogger Profesional seperti mengingatkan pada tujuan saya menjadi blogger. Bahwa apa yang kita tulis di blog, apa yang kita unggah di media sosial akan banyak menggambarkan pada dunia siapa diri kita. 

"Pandai-pandai membuat konten, karena berhubungan dengan branding kita ke depan. Konten blog bisa jadi branding diri, di sisi bisa menghasilkan uang jika dikelola dengan profesional," jelasnya. 

Sejujurnya saya pernah merasa kecewa karena artikel blog yang saya tulis sepenuh hati kalah viral dengan konten reels instagram yang saya buat iseng-iseng semata. Saya merasa menulis blog itu terlalu banyak menyita waktu ketimbang mengedit video reels. 

Namun beliau mengingatkan saya, bahwa kita sejatinya warga biasa, bukan Aurel Hermansyah. Seviral apapun reels yang kita buat akan segera tenggelam digantikan oleh konten lain yang bergerak cepat. 

Berbeda dengan artikel blog yang saya tulis, ketika sudah terindeks oleh mesin pencari, ia cenderung lebih tahan lama. Itu yang kelak membuat nama dan branding saya lebih abadi di keyword mesin pencari. 

Sekali lagi, saya selalu senang dengan momen silaturahmi seperti ini karena selalu ada insight-insight baru yang muncul dengan bertukar pikiran bersama sesama kreator digital. 

3. Semakin Cerdas dalam Mengelola Asset Digital

Pada akhirnya paparan informasi terkait literasi privasi yang cukup akan menumbuhkan kewaspadaan diri, timbul rasa untuk saling menjaga privasi orang terdekat di media sosial, bahkan bisa menjadi ajang produktifitas konten positif yang tanpa kita sadari bisa membantu percepatan upaya Hoax Busting. 

Kalau kesadaran akan pentingnya literasi privasi sudah menjadi bagian dari kebiasaan, kita sudah tidak perlu melakukan pengaduan berita bohong ke situs aduankonten.id, karena sebelum berita hoaksnya tersebar dan menjadi viral, berita tersebut sudah tenggelam karena viralnya konten positif yang saling bersaing. 

Aliy Hafiz, S.Kom., M.T.I., sebagai JaWAra Internet Sehat Lampung juga mencontohkan bagaimana ia menjaga privasi digital, dengan tidak memposting sesuatu yang tidak perlu. Misalnya informasi yang berkaitan dengan identitas diri dan yang berkaitan dengan akun perbankan.

Saat bersosial media di dunia maya, saya pribadi selalu memegang prinsip:

Jawara internet sehat lampung
 
Kalimat ini yang selalu saya tanamkan di pikiran bawah sadar dan menjadi pengingat ketika berinteraksi baik di twitter, facebook, instagram, tiktok, LinkedIn, hingga blog pribadi. 

Saya hanya membagikan momen-momen menarik yang saya temui sehari-hari, hal-hal yang sedang saya sukai, momen jalan-jalan yang cukup jarang, prestasi atau pencapaian dan sesekali swafoto diri. 

Dari seluruh konten itu tidak ada satupun yang saya bagikan langsung di momen itu juga. Misalnya ketika saya sedang nonton film di salah satu bioskop, saya pasti akan memposting ketika sudah berpindah tempat atau sudah di rumah. Hal ini saya lakukan untuk menghindari orang yang berniat jahat menguntit saya. 

Meskipun mungkin terkesan berlebihan dan terlalu percaya diri, namun saya menilai diri sendiri sangat berharga dan tidak bernilai. Jangan sampai terjadi hal-hal buruk karena kecerobohan kita di dunia maya. 

Pad akhirnya workshop JaWAra Internet Sehat Lampung menginspirasi saya untuk kembali produktif menulis dan memproduksi konten yang baik dan positif. 

Jika berharap konten yang saya buat bisa menginspirasi orang lain terlalu tinggi, setidaknya saya sudah membranding diri di dunia maya dengan citra yang baik. Saya membagikan hal-hal positif sesuai dengan citra kreator digital yang saya bayangkan. 

Saya pribadi pernah punya pengalaman mengobrol dengan HRD di kantor, saat itu saya sudah setahun bekerja dan bertanya kenapa beliau dan user memilih saya mengisi posisi sebagai Personal Assistant dari ratusan lamaran yang masuk. 

Ia mengungkapkan bahwa sebelum sesi interview ia dan CEO perusahaan terlebih dahulu riset diri saya melalui mesin pencari. Ia menemukan tulisan saya yang mengutip kalimat dari Profesor Rhenald Kasali, penulis favorit saya dan ternyata juga idola si CEO. 

Melalui itu beliau langsung merasa klik dengan saya. Tidak hanya itu track record media sosial saya juga cukup baik. Saya tidak pernah curhat masalah pribadi maupun masalah kampus di sosial media. Sehingga ia merasa percaya di tangan saya rahasia perusahaan akan aman. 

Begitulah pengalaman saya diterima kerja karena branding sosial media.Terima kasih kepada JaWAra Internet Sehat Lampung yang telah menyelenggarakan acara seru dan Inspiratif ini.

Tidak ada komentar

Terimakasih sudah berkunjung. Silakan Berkomentar agar saya dapat mengunjungi balik blog kamu. Mohon maaf jika mendapati komentar dimoderasi, mengingat maraknya spam yang nganu.